Probabilitas Pemangkasan Suku Bunga Capai 90%, Pasar Yakin The Fed Siap Longgarkan Kebijakan

Keyakinan pelaku pasar terhadap kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) memangkas suku bunga acuan kian menguat. Berdasarkan perhitungan berbagai instrumen pasar keuangan, peluang pemangkasan suku bunga kini dinilai “nyaris pasti”, dengan probabilitas mendekati 90 persen menjelang rapat kebijakan moneter mendatang.

Ekspektasi Pasar Semakin Solid

Menurut laporan Reuters, pelaku pasar kini memperkirakan 98 persen peluang terjadinya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober ini, serta 90 persen peluang untuk pemangkasan lanjutan pada Desember mendatang. Sementara itu, data dari CME Group melalui alat pemantau FedWatch Tool menunjukkan ekspektasi serupa: pasar hampir bulat yakin bahwa bank sentral akan segera menurunkan suku bunga setelah menahan laju kebijakan ketat sepanjang dua tahun terakhir.
 

Laporan dari Digivestasi.com turut memperkuat pandangan tersebut, menyebut bahwa sekitar 90 persen analis sepakat The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunga pada Oktober 2025. Konsensus ini menegaskan bahwa ekspektasi pelonggaran moneter sudah menjadi pandangan dominan di kalangan investor global.

Faktor Pendorong di Balik Ekspektasi

Optimisme terhadap potensi pemangkasan suku bunga didorong oleh beberapa indikator ekonomi utama, di antaranya:

• Pelemahan pasar tenaga kerja: Data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja di AS, yang memberi sinyal moderasi terhadap aktivitas ekonomi nasional.

• Inflasi yang mulai stabil namun rentan: Meskipun inflasi tidak lagi melonjak, faktor eksternal seperti kebijakan tarif dan gangguan rantai pasok masih berpotensi menekan harga barang.

• Ekspektasi pasar dan tekanan investor: Para pelaku pasar menilai pelonggaran kebijakan diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan global.

Dampak ke Pasar Keuangan dan Nilai Tukar

Ekspektasi kuat terhadap pemangkasan suku bunga telah memicu reaksi cepat di berbagai pasar global.
Di Indonesia, nilai tukar rupiah tercatat menguat terhadap dolar AS, seiring meningkatnya optimisme bahwa kebijakan moneter The Fed akan lebih longgar pada kuartal akhir tahun ini.

Fenomena ini juga memengaruhi arus modal internasional, karena penurunan suku bunga di AS berpotensi mendorong investor mengalihkan dana ke negara berkembang dengan imbal hasil obligasi yang lebih menarik. Dengan demikian, kebijakan The Fed akan memainkan peran penting dalam menentukan arah pergerakan likuiditas global dalam beberapa bulan ke depan.

Risiko dan Tantangan di Balik Optimisme

Meski peluang pemangkasan suku bunga hampir mencapai 90 persen, sejumlah risiko masih membayangi kebijakan pelonggaran tersebut:

• Potensi lonjakan inflasi mendadak, yang dapat memaksa The Fed menunda rencana pemangkasan.

• Ketidakpastian geopolitik dan gangguan rantai pasok global yang bisa mengganggu prospek pertumbuhan.

• Perdebatan internal di kalangan pembuat kebijakan mengenai apakah suku bunga saat ini masih cukup ketat atau perlu segera dikendurkan.

Beberapa pejabat The Fed juga disebut masih berhati-hati, menilai bahwa langkah terlalu cepat dalam memangkas suku bunga dapat menciptakan ketidakseimbangan baru di sektor keuangan.

Pasar Sudah “Priced In”, Namun The Fed Masih Menunggu Data

Dengan probabilitas pemangkasan yang mendekati 90 persen, pasar tampaknya telah memasukkan skenario pemotongan suku bunga ke dalam harga aset (“priced in”).
Namun demikian, realisasi kebijakan tetap akan sangat bergantung pada data ekonomi mendatang - terutama inflasi dan ketenagakerjaan, yang menjadi acuan utama bagi The Fed dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga.