Mengutip berita dari Reuters melaporkan bahwa Kementerian Ekonomi Argentina mencatat negara dengan ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan ini mencatat surplus anggaran sebesar ARS$ 1,76 triliun, setara dengan 0,3 persen dari produk domestik bruto (PDB) sepanjang tahun. Sementara itu, neraca fiskal primer—yang tidak mencakup pembayaran utang—mencatat surplus sebesar ARS$ 10,41 triliun atau sekitar 1,8 persen dari PDB.

Sejak menjabat lebih dari setahun lalu, Presiden Argentina Javier Gerardo Milei telah menerapkan berbagai kebijakan ekonomi sebagai bagian dari langkah penghematan. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah pemangkasan anggaran bagi pegawai negeri, yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja terhadap lebih dari 45 ribu pegawai negeri di negara tersebut.

Selain itu, Milei juga menghentikan sebagian besar proyek infrastruktur publik di berbagai wilayah Argentina. Langkah ini dinilai berkontribusi terhadap perbaikan kondisi keuangan negara, tetapi di sisi lain berdampak negatif pada sektor konstruksi. Data resmi menunjukkan bahwa aktivitas konstruksi mengalami penurunan tajam sebesar 42 persen pada Maret 2024, dengan sekitar 50 ribu pekerja konstruksi kehilangan pekerjaan antara November hingga Februari tahun yang sama.

Tak hanya di sektor infrastruktur, pemangkasan anggaran juga diterapkan pada pendidikan tinggi. Kebijakan ini memicu gelombang protes dari masyarakat, terutama mahasiswa. Ratusan ribu mahasiswa turun ke jalan sebagai bentuk penolakan setelah Milei mengancam akan menggunakan hak vetonya untuk membatalkan rancangan undang-undang yang telah disetujui parlemen mengenai jaminan pendanaan bagi Universitas.