DIGIVESTASI - Raksasa e-commerce asal China, Alibaba, sepakat membayar denda sebesar US$ 433,5 juta atau sekitar Rp 6,83 triliun (kurs Rp 15.766/dolar AS) sebagai penyelesaian gugatan terkait dugaan praktik monopoli di Amerika Serikat. Menurut laporan Reuters pada Selasa (29/10/2024), gugatan class action ini diajukan oleh para investor perusahaan pada tahun 2020, yang menuduh Alibaba memaksa pedagang hanya menggunakan satu platform distribusi.

Perusahaan yang didirikan Jack Ma ini membantah tuduhan tersebut, namun setuju untuk menyelesaikan kasus guna menghindari biaya litigasi yang lebih besar. Jika gugatan terus berlanjut, denda yang harus dibayar Alibaba diperkirakan bisa mencapai US$ 11,63 miliar atau Rp 183,35 triliun, berdasarkan perhitungan pengacara penggugat.

"Paling maksimal, investor Alibaba bisa menuntut hingga US$ 11,63 miliar jika litigasi diteruskan," kata pengacara dalam pernyataan resminya.

Penyelesaian ini telah diajukan ke pengadilan federal di Manhattan dan menunggu persetujuan dari Hakim Distrik AS George Daniels. Dana penyelesaian akan dibagikan kepada para investor yang memiliki saham Alibaba di AS pada periode 13 November 2019 hingga 23 Desember 2020 melalui American depositary shares (ADS).

Pengacara penggugat menganggap penyelesaian ini sebagai hasil yang luar biasa, karena jumlah denda yang dihasilkan jauh melebihi rata-rata pemulihan dalam kasus class action serupa dengan nilai kerugian lebih dari US$ 10 miliar atau sekitar Rp 157,66 triliun.

 

 

 

 

 

Lihat postingan ini di Instagram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Digivestasi - Info Berita ekonomi, Keuangan & Investasi (@digivestasi_official)

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita