DIGIVESTASI - Dalam situasi krisis atau ketidakpastian ekonomi, penting untuk merencanakan strategi keuangan yang tepat. Menurut investor terkenal dan penulis buku *Rich Dad Poor Dad*, Robert Kiyosaki, terdapat tiga aset penting yang bisa menjadi perlindungan menghadapi potensi krisis finansial besar. Kiyosaki memperingatkan bahwa akan segera terjadi keruntuhan pasar dan kemungkinan Depresi Hebat berikutnya. Ia menyarankan investasi pada emas, perak, dan Bitcoin (BTC) sebagai cara terbaik untuk melindungi diri dari potensi keruntuhan tersebut.

Kiyosaki menyebut adanya peran dari "3 antek" yaitu Gedung Putih (Presiden AS), Departemen Keuangan AS, dan Federal Reserve sebagai tanda-tanda krisis yang semakin dekat. 

"Karena Gedung Putih, Departemen Keuangan AS, dan Federal Reserve, depresi hebat mungkin akan terjadi. Mungkin juga perang. Masa-masa sulit akan segera datang bagi jutaan orang," ungkap Kiyosaki.

Namun, ia menambahkan bahwa bagi mereka yang memiliki kesiapan mental dan finansial, Depresi Hebat berikutnya bisa menjadi peluang terbaik dalam hidup mereka. Kiyosaki terus menekankan pentingnya untuk bersiap dengan memiliki emas, perak, dan Bitcoin sebagai aset pelindung. 

Meski Kiyosaki menganjurkan untuk berinvestasi pada aset tertentu, ia telah lama mengkritik keras pemerintah dan lembaga terkait atas ketidakmampuan mereka dalam mengelola perekonomian. Ia bahkan pernah menyebut mereka sebagai "keluarga Adams" dan menganggap kebijakan ekonomi mereka merusak perekonomian.

Dalam pandangannya, pemerintah kurang peduli terhadap kesejahteraan masyarakatnya, dan satu-satunya cara melindungi diri adalah dengan bekerja keras, mengelola keuangan dengan bijak, serta berinvestasi pada aset yang bernilai, seperti emas, perak, dan Bitcoin. 

Kiyosaki juga dikenal sebagai pengkritik kebijakan keuangan konvensional dan pendukung pendidikan keuangan. Dalam pandangannya, investasi strategis pada tiga kelas aset yang dia anjurkan adalah jalan menuju keberhasilan. 

Kiyosaki memperingatkan untuk tidak terjebak pada produk investasi tradisional seperti uang kertas, saham, obligasi, reksa dana, dan ETF, yang menurutnya tidak memberikan nilai nyata. Menurutnya, investasi ini adalah pilihan yang umum bagi masyarakat kelas menengah dan bawah yang sering kali bekerja keras di pekerjaan dengan penghasilan yang dianggap "palsu" dan bisa dikenakan pajak, tetapi tidak memberikan keamanan finansial jangka panjang.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita