Mengintip Post-Quantum Cryptography (PQC): Teknologi Kriptografi Masa Depan yang Siap Lindungi Dunia Digital!

Crypto News - Diposting pada 12 October 2025 Waktu baca 5 menit

Post-Quantum Cryptography (PQC): Perlindungan Data di Era Komputasi Kuantum

Dunia keamanan siber tengah bersiap menghadapi ancaman baru yang datang dari kemajuan komputasi kuantum, teknologi yang berpotensi melemahkan sistem enkripsi konvensional yang selama ini menjadi tulang punggung keamanan digital.
Sebagai langkah antisipatif, muncul konsep Post-Quantum Cryptography (PQC), serangkaian algoritma baru yang dirancang untuk tetap kokoh menghadapi serangan komputer kuantum.

 

Mengapa Dunia Membutuhkan Kriptografi Pascakurat

Teknologi kriptografi modern seperti RSA dan Elliptic Curve Cryptography (ECC) bekerja dengan mengandalkan kesulitan matematika tertentu yang sulit dipecahkan oleh komputer klasik. Namun, dengan kemampuan komputasi kuantum yang mampu memecahkan perhitungan kompleks dalam waktu singkat, sistem tersebut berisiko menjadi usang.

 

Di sinilah PQC mengambil peran.
Alih-alih bergantung pada algoritma klasik, PQC memanfaatkan pendekatan matematis alternatif seperti kriptografi berbasis kisi (lattice-based), kriptografi hash, serta model multivariate yang lebih tahan terhadap daya komputasi ekstrem komputer kuantum. Tujuannya sederhana: memastikan data sensitif tetap aman bahkan ketika komputasi kuantum telah mencapai kapasitas penuh.

 

Langkah Global: NIST Standarkan Algoritma PQC

Tonggak penting dalam pengembangan PQC terjadi pada Agustus 2024, ketika National Institute of Standards and Technology (NIST) resmi menetapkan tiga algoritma utama PQC sebagai standar baru keamanan global.
Langkah ini menjadi bagian dari program internasional untuk mempersiapkan infrastruktur digital menghadapi “zaman kuantum.” Tak lama kemudian, NIST juga menambahkan algoritma HQC (Hamming Quasi-Cyclic) sebagai cadangan tambahan, memberikan fleksibilitas jika di masa depan ditemukan celah keamanan dalam algoritma utama.

 

Adopsi Masih Lambat di Dunia Industri

Meski menjadi prioritas riset di banyak lembaga, penerapan PQC di dunia nyata masih berjalan lambat. Laporan F5 Labs mencatat bahwa dari satu juta situs web terpopuler di dunia, hanya sekitar 8,6% yang sudah menggunakan mekanisme hybrid PQC dalam proses pertukaran kunci enkripsi. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar sistem digital masih bergantung pada algoritma klasik yang rentan terhadap ancaman kuantum. Sementara itu, survei dari ISACA mengungkapkan bahwa banyak organisasi belum memasukkan migrasi ke PQC dalam roadmap keamanan mereka, menandakan masih rendahnya kesadaran terhadap risiko komputasi kuantum.

 

Inisiatif Korporasi dan Roadmap Menuju Era Aman Kuantum

Beberapa perusahaan teknologi besar mulai mengambil langkah konkret menuju keamanan kuantum. Microsoft, misalnya, meluncurkan Quantum Safe Program (QSP) yang menargetkan migrasi penuh ke sistem kriptografi tahan kuantum pada tahun 2033 — dua tahun lebih cepat dari batas waktu yang diproyeksikan banyak lembaga pemerintah.  Selain itu, lembaga kolaboratif seperti Post-Quantum Cryptography Coalition (PQCC) juga merilis roadmap migrasi PQC yang dirancang untuk membantu organisasi dari berbagai sektor dalam menavigasi transisi ke sistem keamanan generasi baru. 

 

Tantangan: Kompatibilitas dan Crypto-Agility

NIST dalam white paper terbarunya menegaskan bahwa transisi menuju PQC tidak bisa dilakukan secara instan. Integrasi algoritma baru ke dalam sistem lama memerlukan waktu panjang, penyesuaian teknis, dan uji kompatibilitas menyeluruh.
Selain itu, faktor crypto-agility, kemampuan sistem untuk beradaptasi dan mengganti algoritma kriptografi dengan cepat jika ditemukan kerentanan baru, menjadi aspek penting dalam desain keamanan masa depan. Hambatan lain termasuk ketidaksesuaian perangkat keras lama, interoperabilitas protokol, serta kebutuhan pengujian ekstensif agar sistem tetap aman tanpa mengorbankan performa.

 

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.