Bos Gudang Garam Akhirnya Angkat Bicara Soal PHK Massal Karyawan

Berita Terkini - Diposting pada 11 September 2025 Waktu baca 5 menit

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap ribuan karyawan.


Kabar ini mencuat setelah beredar sebuah video yang memperlihatkan buruh Gudang Garam tengah mengadakan acara perpisahan. Berita tersebut menambah suram kondisi ketenagakerjaan di Indonesia. Menurunnya daya beli masyarakat dan pelemahan ekonomi nasional berdampak pada penjualan serta produksi rokok yang ikut menurun, sehingga perusahaan disebut tidak memiliki pilihan lain selain melakukan PHK.

 

Namun demikian, Direktur sekaligus Corporate Secretary GGRM, Heru Budiman, membantah kabar tersebut. Ia menegaskan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah pelepasan 309 karyawan secara normatif, baik melalui mekanisme pensiun normal, pensiun dini secara sukarela, maupun berakhirnya kontrak kerja sesuai jangka waktu perjanjian.

 

Heru menambahkan bahwa proses tersebut tidak berpengaruh pada kelangsungan operasional perusahaan dan juga tidak menimbulkan persoalan hukum.

 

“Operasional perseroan saat ini berjalan normal, mulai dari produksi hingga distribusi,” jelasnya dalam keterbukaan informasi, dikutip Rabu (10/9/2025).

 

Di sisi lain, Gudang Garam tercatat membukukan laba bersih Rp117,1 miliar pada semester I tahun 2025. Angka ini anjlok 87,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai Rp925,5 miliar.

 

Mengacu pada laporan keuangan yang dipublikasikan melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), penurunan laba tersebut disebabkan turunnya pendapatan GGRM hingga Juni 2025 sebesar 11,4% menjadi Rp44,3 triliun, dari sebelumnya Rp50,01 triliun pada Juni 2024.

 

Beban pokok pendapatan juga menurun menjadi Rp40,5 triliun. Akibatnya, laba kotor GGRM hingga Juni 2025 merosot menjadi Rp3,7 triliun dibandingkan Rp5,06 triliun pada Juni 2024.

 

Laba usaha GGRM pada semester pertama juga jatuh drastis menjadi Rp513,7 miliar, dari Rp1,613 triliun pada Juni 2024.

 

Penurunan ini terjadi karena pendapatan lain ikut berkurang menjadi Rp148,7 miliar, sementara beban usaha hanya turun 5%, jauh lebih kecil dibanding penurunan pendapatan, yakni menjadi Rp3,4 triliun. Selain itu, beban lainnya justru naik menjadi Rp2,3 miliar, dan perusahaan mencatat rugi kurs Rp1,7 miliar, padahal tahun sebelumnya membukukan laba kurs Rp39,3 miliar.

 

Total aset GGRM hingga semester I tahun 2025 juga menyusut menjadi Rp79,8 triliun, dari Rp84,9 triliun pada akhir tahun 2024.

 

Heru menegaskan bahwa perusahaan sudah meluncurkan sejumlah produk baru pada tahun 2024 sebagai langkah penyesuaian terhadap lemahnya daya beli masyarakat. “Perseroan akan terus melakukan langkah-langkah adaptif terhadap kondisi pasar yang saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan regulasi cukai dan penanganan rokok ilegal yang tidak sesuai dengan ketentuan cukai,” ujarnya.

 

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.