Harga Saham BCA Turun, Masih Layak Dibeli? Cek Prospeknya di Sini

Saham News - Diposting pada 11 September 2025 Waktu baca 5 menit

Saham-saham perbankan tengah menjadi perhatian karena mengalami penurunan. Salah satu yang tersorot adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), bank sekaligus emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia.

 

Sepanjang tahun 2025, saham bank milik Grup Djarum ini sudah melemah 22,2%. Penurunan harga saham BBCA belakangan ini juga berlangsung seiring dengan kondisi pasar yang sedang tertekan. Beberapa analis menilai bahwa koreksi ini mengindikasikan valuasi saham BBCA saat ini sedang berada pada level diskon meskipun fundamentalnya tetap kokoh.

 

Victoria Venny, Head of Research MNC Sekuritas, menilai bahwa penurunan saham BBCA bersifat sementara. Menurutnya, justru dengan adanya koreksi, saham BBCA terlihat undervalued.

 

“Bila dibandingkan dengan valuasi historis, BBCA sudah relatif terdiskon. Sementara dari sisi kinerja, pada semester I 2025 tetap solid. Jadi, ini hanya sentimen temporer dan rotasi sektor. Ketika pasar pulih, valuasi saham BBCA juga akan segera rebound,” jelasnya.

 

Sebagai catatan, sepanjang semester I 2025, BBCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp959 triliun atau tumbuh 12,9% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit BBCA bahkan lebih tinggi dibanding industri, di mana data Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan hingga Juni 2025 hanya naik 7,3% yoy.

 

Dari sisi laba, BBCA juga mencatatkan peningkatan. Laba bersih periode Januari–Juni 2025 mencapai Rp29 triliun, naik 8,0% yoy. Hal ini didukung pendapatan bunga bersih yang naik 7,0% yoy menjadi Rp42,5 triliun serta pendapatan non-bunga yang meningkat 10,6% yoy menjadi Rp13,7 triliun.

 

“Ketika beberapa bank mengalami tantangan likuiditas, BBCA berhasil menjaga rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) harian di kisaran 78,9%. Likuiditas ini memberikan fleksibilitas untuk ekspansi, dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian agar kualitas aset tetap terjaga,” ujar Venny.

 

Ia juga menyoroti keunggulan BBCA dari sisi efisiensi. Cost to Income Ratio (CIR) turun menjadi 29,1% di semester I 2025 dari 30,5% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Efisiensi ini mendorong laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) naik 9,1% yoy menjadi Rp37,6 triliun.

 

“Beban operasional hanya naik 5,3%, jauh di bawah pertumbuhan pendapatan. Hal ini menunjukkan manajemen mampu menekan biaya di tengah ekspansi,” tambahnya.

 

Venny menambahkan kekuatan BBCA juga berasal dari basis pendanaan yang solid. “Pertumbuhan dana pihak ketiga stabil di 6% yoy, dengan giro naik 9% dan tabungan 6%. CASA kini mencapai 82,5% dari total dana pihak ketiga, level yang jauh lebih tinggi dari rata-rata industri. Struktur ini menjaga NIM BBCA tetap kuat dan berkelanjutan,” jelasnya.

 

Menurut Venny, kenaikan LDR ke 78% pada akhir semester I-2025 tidak menimbulkan risiko, melainkan menandakan ruang lebih besar bagi ekspansi kredit tanpa mengganggu stabilitas likuiditas. “CASA yang kuat menjadi buffer bagi NIM, sementara portofolio kredit yang semakin sehat akan menopang pertumbuhan laba,” paparnya.

 

Senada dengan itu, analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella Siahaan, CFA, menegaskan bahwa BBCA memiliki kinerja solid dengan margin yang kuat, didukung dana murah, LDR yang ekspansif, dan komposisi kredit yang membaik.

 

“Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga tumbuh stabil 6% yoy, ditopang giro (+9% yoy) dan tabungan (+6% yoy), sementara deposito berjangka turun (-1% yoy, -3% qoq). Kondisi ini meningkatkan rasio CASA menjadi 82,5% (dari 82,1%). LDR naik ke 78%, mendukung NIM seiring perbaikan yield aset dari kontribusi kredit yang lebih besar dibanding surat berharga,” tulis Erni dalam risetnya.

 

Di tengah harga saham BBCA yang masih terkoreksi dibanding awal tahun, konsensus analis Bloomberg tetap memberi rekomendasi Buy. Sebanyak 34 analis dari lokal maupun asing menyarankan buy, sementara hanya 3 analis yang menyarankan hold. Rata-rata target harga konsensus berada di Rp10.824 per saham.

 

Analis juga memperkirakan BBCA berpotensi meraih laba bersih Rp58 triliun sepanjang 2025. Dengan laba bersih semester I sudah Rp29 triliun atau 50% dari estimasi, kinerja BBCA dinilai in-line dengan proyeksi analis.

Sumber: detik.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

TAG :