Mitos atau Kenyataan? Penelusuran Fakta Pembelian Pesawat Bekas oleh Soekarno pada Masa Perang

Berita Terkini - Diposting pada 09 January 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Saat debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1/2024), calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, mengatakan Presiden Soekarno menggunakan peralatan tempur bekas yang digunakan dalam Perang Pembebasan Irian Barat. “Saya ingatkan, saat Bung Karno  menghadapi Irian Barat, semua perlengkapannya sudah tua. Pak Ganjar, Bung Karno, semua pesawat, kapal selam, kapal penjelajah, kapal perusak semuanya sudah tua. ," dia berkata. 

 

Pernyataan Prabowo  lantas membuat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto angkat bicara. Ia membantah tudingan Prabowo soal pembelian alutsista bekas di masa Soekarno. 
“Deklarasi Pak Prabowo di bawah Bung Karno  juga menggunakan peralatan bekas, tapi  konteksnya berbeda. Bung Karno banyak menggunakan peralatan baru untuk memerdekakan Irian Barat, seperti peralatan dari Yugoslavia, bahkan  sebagian digunakan untuk memerdekakan Aljazair katanya. 

 

Apa saja fakta sejarah  alutsista pada masa Perang Irian Barat?

Menurut catatan, Perang Irian Barat atau Operasi  Komando Tiga Rakyat (Trikora) merupakan bagian dari proses pembebasan tanah Papua yang dilakukan TNI. Saat itu tentara Indonesia ingin menduduki wilayah Papua yang sejak 17 Agustus 1945 berada di tangan Belanda. 
Untuk mendukung operasi tersebut, pemerintah Indonesia kemudian meminta dukungan militer kepada dua kekuatan besar saat itu,  Amerika Serikat dan Uni Soviet. 

 

Namun karena Amerika Serikat tidak bisa diharapkan memperoleh senjata canggih untuk menghadapi Belanda di Papua, Presiden Soekarno akhirnya beralih ke Uni Soviet. Uni Soviet dan rekan-rekannya di Blok Timur dapat berharap untuk memperoleh senjata yang lebih  canggih daripada Amerika Serikat. Soekarno juga mengirimkan dua pejabat Indonesia untuk melakukan kegiatan diplomasi dengan negara komunis tersebut pada tahun 1960. 

 

Maulwi Saelan mengakui dalam kesaksian Wakil Panglima Tjakrabirawa (2008: 292-293): “Bung Karno mengirim Menteri Luar Negeri Indonesia Dr. Subandrio dan Jenderal Abdul Haris Nasution ke Moskow untuk membeli senjata seharga $250 juta.” 
Selain itu, catatan lain juga diungkapkan sejarawan M.C Rickfles dalam buku Sejarah Indonesia Modern (1999). Ia mencatat bahwa pada bulan Januari 1960, Khrushchev (Perdana Menteri Soviet) mengunjungi Jakarta dan memberikan kredit sebesar $250 juta kepada Indonesia. 

 

Kemudian, pada bulan Januari 1961, Nasution (Menteri Pertahanan Indonesia) pergi ke Moskow dan menerima pinjaman senjata sebesar $450 juta  dari Uni Soviet. Semua itu bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk dukungan militer dengan senjata. 
Menurut Ricklefs, sebagian besar bantuan tersebut jatuh ke TNI Angkatan Udara dan Angkatan Laut yang dinilai Sukarno lebih kooperatif.

 

Tercatat kemudian, Indonesia menerima 12 kapal selam, 22 kapal cepat rudal, 4 kapal penyapu ranjau dan KRI Irian, menjadi kapal perang terbesar yang dimiliki negara di “Belahan Bumi Selatan”. Sementara itu, TNI AU menerima puluhan pesawat tempur supersonik, pesawat MiG 15, dan pesawat pengebom jarak jauh  Tupolev. 

 

Namun, masih belum jelas apakah bantuan militer Soviet akan datang dari  armada lama tersebut. Satu hal yang pasti: bantuan Soviet membuat militer Indonesia lebih kuat karena menggunakan senjata dan teknologi perang yang digunakan negara adidaya. Tentara Indonesia bisa dikatakan setara dengan Uni Soviet. Baik armada tersebut digunakan atau tidak, dukungan senjata dari Uni Soviet kemudian berhasil mengalahkan tentara Belanda.  Irian 201 dan puluhan kapal selam serta pesawat pengebom menenggelamkan kapal Belanda HNLMS Karel Doorman. 

 

Keberhasilan ini pada akhirnya mendapatkan rasa hormat dari Indonesia  dan kemudian membuka jalan bagi perundingan mengenai Irian Barat.

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.