Simak! Proyeksi Terbaru Ekonomi Indonesia dari IMF, Bank Dunia & ADB 2025

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 15 October 2025 Waktu baca 5 menit

Sejumlah lembaga internasional secara serempak melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, perbedaan muncul karena IMF dan Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini, sementara Asian Development Bank (ADB) justru menurunkannya.

 

Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2025, Dana Moneter Internasional (IMF) meningkatkan perkiraannya atas pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% untuk tahun 2025, dari sebelumnya 4,8%. Kenaikan serupa juga dilakukan untuk proyeksi tahun 2026 yang kini berada di level 4,9%.

 

Ini merupakan revisi kedua setelah penyesuaian pertama yang dilakukan dalam WEO edisi Juli 2025. Sebelumnya, dalam laporan WEO April 2025, IMF hanya memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,7%.

 

Bersamaan dengan perubahan tersebut, IMF juga merilis proyeksi pertumbuhan untuk negara-negara berkembang dan pasar ekonomi emerging. Lembaga tersebut memperkirakan pertumbuhan kawasan ini tetap di 4,2% pada 2025 dan 4% pada 2026 — angka yang sama dengan proyeksi dalam laporan WEO Juli 2025.

 

Dalam laporan Oktober ini, IMF tidak merinci alasan spesifik di balik revisi naik proyeksi Indonesia. Namun, lembaga itu menyinggung pengaruh perubahan tarif sebagai faktor utama yang memengaruhi kinerja ekonomi di kawasan ASEAN.

“Bagi sejumlah negara di kawasan ini — terutama di ASEAN, yang termasuk di antara yang paling terdampak — perubahan dalam perkiraan pertumbuhan sebagian besar mencerminkan pergeseran pada tingkat tarif efektif,” tulis IMF dalam laporan WEO Oktober 2025, dikutip Selasa (14/10/2025).

 

Sementara itu, Bank Dunia (World Bank) juga memperbarui proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari 4,7% menjadi 4,8%. Perubahan ini dipengaruhi oleh kebijakan ekspansi fiskal pemerintah yang dinilai mampu mendukung laju ekonomi domestik.

 

Hal tersebut tertuang dalam laporan terbaru World Bank East Asia and the Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, yang dirilis pada Selasa (7/10/2025). Dalam laporan itu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8% hingga 2026, sedikit di bawah realisasi 5% pada 2024.

“Di Indonesia, pertumbuhan pada 2026 diproyeksikan tetap berada di level 4,8%, sama seperti 2025, seiring upaya pemerintah terus mendorong permintaan domestik,” tulis Bank Dunia dalam laporannya.

 

Bank Dunia menilai stimulus fiskal yang difokuskan pada sektor pangan, transportasi, energi, serta program bantuan sosial, akan menopang konsumsi domestik. Konsumsi diprediksi berkontribusi sekitar 54% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2025–2027.

 

Selain itu, pertumbuhan investasi diperkirakan meningkat secara bertahap, dengan rata-rata 6,2% per tahun pada periode yang sama. Kenaikan ini didukung oleh tiga faktor utama: investasi negara melalui Danantara, pelonggaran kebijakan moneter untuk mendorong kredit sektor swasta, serta peningkatan investasi asing langsung (FDI) melalui kebijakan hilirisasi, deregulasi, dan reformasi kawasan ekonomi khusus yang berfokus pada energi, sumber daya alam, manufaktur, dan jasa.

“Permintaan domestik yang lebih kuat diperkirakan dapat mengimbangi lemahnya kontribusi ekspor neto, yang tertekan oleh pelemahan nilai tukar dan perdagangan global akibat perlambatan ekonomi di Tiongkok, penurunan harga komoditas, serta ketidakpastian global yang berkelanjutan,” tulis Bank Dunia.

 

Berbeda dengan IMF dan Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB) justru menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) edisi September 2025.

 

ADB kini memperkirakan ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh 4,9% pada 2025, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5% dalam laporan ADO April 2025. Untuk 2026, proyeksi juga direvisi dari 5,1% menjadi 5%.

 

Penurunan ini sejalan dengan koreksi pada proyeksi pertumbuhan kawasan Asia Tenggara (ASEAN), yang turun dari 4,7% menjadi 4,3% untuk 2025 dan 2026.

 

Bahkan untuk wilayah yang lebih luas — Asia dan Pasifik yang sedang berkembang — proyeksi pertumbuhan juga diturunkan dari 4,9% menjadi 4,8% tahun ini, dan dari 4,7% menjadi 4,5% untuk tahun depan.

 

Kepala Ekonom ADB, Albert Park, menjelaskan bahwa penurunan proyeksi secara merata di kawasan Asia untuk 2025–2026 ini disebabkan oleh kenaikan tarif tinggi yang diberlakukan Amerika Serikat dan tingginya ketidakpastian perdagangan global, yang keduanya berpotensi menekan laju ekonomi di kawasan.

 

ADB juga memproyeksikan inflasi akan terus melandai ke 1,7% tahun ini karena turunnya harga pangan dan energi, sebelum naik kembali menjadi 2,1% tahun depan akibat normalisasi harga bahan pangan.

“Tarif Amerika Serikat berada pada tingkat tertinggi secara historis, dan ketidakpastian perdagangan global masih sangat tinggi,” kata Albert Park dalam siaran pers, Rabu (1/10/2025).

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.