
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 06 March 2025 Waktu baca 5 menit
Amerika Serikat (AS) menghadapi ancaman stagflasi setelah Presiden Donald Trump menerapkan kebijakan tarif baru dalam perang dagang dengan negara lain. Para analis menilai bahwa sejak kebijakan tarif diberlakukan, berbagai indikator ekonomi menunjukkan perlambatan aktivitas ekonomi di negara adidaya tersebut.
Mengutip CNBC International, Rabu (5/3/2025), kombinasi harga yang meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang melambat telah memicu kekhawatiran di kalangan konsumen, pelaku bisnis, dan pembuat kebijakan. Investor pun mulai melepas saham dan beralih ke obligasi untuk mengamankan aset mereka.
"Secara tren, ini adalah stagflasi," kata Mark Zandi, Kepala Ekonom di Moody’s Analytics. "Inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melemah merupakan dampak dari kebijakan tarif dan kebijakan imigrasi yang diterapkan."
Fenomena stagflasi jarang terlihat sejak era hiperinflasi dan perlambatan ekonomi di tahun 1970-an dan awal 1980-an. Namun, kini tanda-tanda serupa mulai muncul, berpotensi mengembalikan kondisi buruk yang belum pernah terjadi di AS dalam lima dekade terakhir. Hal ini tercermin dalam survei sentimen konsumen dan indeks manajer pasokan.
Di kalangan konsumen, ekspektasi inflasi jangka panjang kini mencapai level tertinggi dalam hampir 30 tahun, sementara sentimen ekonomi merosot ke titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan Departemen Perdagangan AS, belanja konsumen anjlok pada Januari ke titik terendah dalam hampir empat tahun, meskipun pendapatan masyarakat meningkat tajam.
Laporan Institute for Supply Management (ISM) pada Senin lalu juga menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur hampir tidak berkembang pada Februari. Selain itu, pesanan baru mengalami penurunan terdalam dalam lima tahun terakhir, sementara harga melonjak dengan margin bulanan tertinggi dalam lebih dari setahun.
Setelah laporan tersebut dirilis, Atlanta Federal Reserve menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama melalui indikator GDPNow, yang memperkirakan kontraksi sebesar 2,8% secara tahunan. Jika prediksi ini tepat, AS akan mencatat pertumbuhan negatif pertama sejak kuartal pertama 2022 dan menjadi penurunan terburuk sejak resesi akibat Covid-19 pada awal 2020.
"Ekspektasi inflasi meningkat. Masyarakat mulai gelisah dan ragu terhadap prospek pertumbuhan ekonomi," ujar Zandi. "Secara arah, kita menuju stagflasi, tetapi tidak akan separah yang terjadi pada 1970-an dan 1980-an karena The Fed tidak akan membiarkannya terjadi."
Ketidakpastian ekonomi akibat stagflasi telah mengguncang pasar keuangan. Indeks Dow Jones turun sekitar 4,5% sejak awal Maret, menghapus sebagian keuntungan yang diperoleh setelah Trump memenangkan pemilu pada November 2024.
Meskipun Indeks Volatilitas CBOE – yang sering disebut sebagai “indeks ketakutan” – berada di level 23 pada Selasa sore, angka ini masih dalam kisaran rata-rata jangka panjangnya. Pasar, meskipun bergejolak, masih belum menunjukkan tanda-tanda kepanikan ekstrem.
"Ini bukan saatnya untuk panik," kata Mark Hackett, Kepala Strategi Pasar di Nationwide. "Saya melihat ini lebih sebagai penyesuaian ekspektasi yang sehat."
Namun, tidak hanya saham yang terpengaruh. Imbal hasil obligasi Treasury juga mengalami penurunan setelah sempat melonjak sejak September. Obligasi 10 tahun turun menjadi 4,2%, lebih rendah dibandingkan puncaknya pada Januari.
"Stagflasi kini menjadi risiko yang lebih nyata," lanjut Hackett. "Kita harus tetap waspada. Ketidakpastian tinggi dapat berdampak besar pada perilaku ekonomi masyarakat."
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita
Sumber: cnbcindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.