Waspada! Pengusaha Pilih Nabung, Enggan Investasi di Indonesia

Edukasi - Diposting pada 09 August 2025 Waktu baca 5 menit

HSBC Global Research menilai bahwa masih banyak perusahaan besar yang belum tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, mengatakan bahwa investasi skala besar dari korporasi berpotensi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.

 

Menurut Pranjul, kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 masih berada di jalur positif. Namun, dibutuhkan dorongan signifikan dari investasi korporasi agar laju pertumbuhan ekonomi bisa meningkat lebih tinggi ke depannya. Ia menilai pertumbuhan ekonomi yang ada saat ini belum cukup untuk menutup kesenjangan output (output gap).

 

“Bagaimana kita bisa mencapai pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dalam beberapa kuartal ke depan, atau bahkan beberapa tahun mendatang? Menurut saya, yang benar-benar diperlukan adalah peningkatan investasi dari pihak korporasi,” ujar Pranjul dalam Media Briefing yang disiarkan daring pada Jumat (8/8/2025).

 

Pranjul menjelaskan bahwa investasi korporasi memiliki efek berganda (multiplier effect), seperti memperluas kapasitas produksi, menciptakan lapangan kerja baru, hingga mendorong kenaikan upah.

 

Namun, ia menilai bahwa arus investasi korporasi yang masuk ke Indonesia masih tergolong rendah. Saat ini, banyak perusahaan cenderung menempatkan dananya dalam bentuk tabungan daripada menggunakannya untuk ekspansi atau proyek baru.

 

“Jika kita melihat investasi dari korporasi, nilainya tidak terlalu tinggi. Perusahaan-perusahaan lebih memilih menyimpan uang. Jadi ada banyak dana menganggur di luar sana, tetapi tidak dialokasikan untuk investasi. Pertanyaan besar bagi Indonesia adalah: apa yang bisa mendorong korporasi untuk mau berinvestasi?” jelasnya.

 

Pranjul menambahkan bahwa fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dialami oleh banyak negara lain. Ia melihat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki peluang di tengah situasi ketegangan perdagangan global, khususnya akibat tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

 

“Saya rasa ada peluang dalam jangka menengah, dan peluang itu datang dari sektor perdagangan,” pungkas Pranjul.

Sumber: detik.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.