Boy Thohir, Arsjad Rasjid & Anindya Bakrie Beberkan Strategi Buyback Saham

Saham News - Diposting pada 04 March 2025 Waktu baca 5 menit

Foto: Agung Pambudhy/detikcom

OJK dan BEI Perkuat Stabilitas Pasar, Taipan Siap Buyback Saham

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas pasar dan memperkuat fundamental aset yang diperdagangkan. Sebagai langkah strategis, regulator mengajak sejumlah taipan Indonesia untuk berdiskusi guna mengantisipasi tekanan koreksi yang terus menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

 

 

 

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi,

mengungkapkan bahwa pihaknya akan menerapkan sejumlah kebijakan demi menjaga stabilitas harga saham, termasuk memberikan ruang bagi investor dalam pengambilan keputusan serta menyesuaikan operasional perdagangan demi meningkatkan efisiensi pasar. Salah satu kebijakan yang akan diterapkan adalah menunda pelaksanaan short selling dan mengkaji kebijakan relaksasi buyback saham tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

 

"Penurunan indeks tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai bursa global. Oleh karena itu, regulator di berbagai negara telah mengeluarkan kebijakan untuk menjaga stabilitas pasar," ujar Inarno dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/3/2025).

 

IHSG Tertekan Faktor Global dan Domestik

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, menjelaskan bahwa berbagai faktor global dan domestik turut berkontribusi terhadap ketidakpastian pasar. Salah satu pemicu utama koreksi IHSG adalah meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya.

 

Selain itu, pasar juga mencermati arah kebijakan suku bunga global, terutama langkah ketat The Fed yang berpotensi menekan pasar negara berkembang dan mendorong lonjakan permintaan terhadap aset safe haven.

 

Iman menambahkan bahwa pemangkasan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley dari equal weight menjadi underweight turut memberikan tekanan tambahan bagi IHSG. Keputusan tersebut didasarkan pada prospek ekonomi domestik yang melemah serta meningkatnya tekanan terhadap profitabilitas sektor siklikal.

 

"Faktor lain yang memperberat IHSG adalah pelemahan rupiah yang terus berlanjut. Berdasarkan kurs Bloomberg, rupiah pada Jumat (28/2/2025) berada di level Rp 16.580 per dolar AS, terdepresiasi 2,88% sejak awal tahun dan mencapai titik terendah sejak April 2020," ujar Iman.

 

Taipan Siap Buyback Saham

Presiden Direktur PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), Garibaldi "Boy" Thohir, merespons positif kebijakan OJK. Menurutnya, pelemahan IHSG saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal dan tidak mencerminkan fundamental saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip).

 

"Kami tidak terlalu khawatir dengan kondisi IHSG saat ini karena ini lebih disebabkan faktor luar. Kami siap melakukan buyback segera setelah izin diberikan," ujar Boy.

 

Namun, terkait besaran buyback, Boy mengaku masih perlu berdiskusi dengan jajaran direksi dan pemegang saham. "Kami harus rapat dulu dengan para BOD," tambahnya.

 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, serta Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, menyoroti kemungkinan perusahaan yang terafiliasi dengan mereka untuk melakukan buyback guna merespons tekanan IHSG.

 

Arsjad, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (INDY), menilai bahwa relaksasi buyback tanpa perlu melalui RUPS bisa menjadi strategi efektif untuk menstabilkan harga saham.

 

"Buyback saham adalah salah satu cara melindungi emiten dari tekanan pasar yang berlebihan. Jika keputusan harus menunggu RUPS, peluang strategis bisa terlewatkan," ujarnya.

 

Sementara itu, Anindya Bakrie menilai bahwa buyback tidak hanya berdampak positif terhadap sentimen pasar, tetapi juga dapat memperkuat fundamental perusahaan serta meningkatkan minat investor domestik maupun asing.

 

"Kami akan meninjau hasil diskusi hari ini dan melihat bagaimana alokasi aset yang paling optimal," ujar Anindya, seraya menekankan pentingnya kebijakan buyback yang tidak hanya berorientasi jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan untuk menghadapi dinamika pasar.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: investor.id

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.