IHSG Siap Reli, Ini 5 Sektor Saham Paling Potensial!

Saham News - Diposting pada 15 May 2025 Waktu baca 5 menit

Illustrasi

Kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok untuk memangkas tarif perdagangan membawa dampak positif bagi Indonesia. Harapannya, kesepakatan ini dapat mendorong pasar saham Indonesia menuju tren yang lebih baik.

 

Dalam kesepakatan yang tercapai pada Senin (12/5), tarif AS terhadap barang impor dari Tiongkok diturunkan dari 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok memangkas tarif atas produk asal AS dari 125% menjadi 10%. Penurunan tarif ini akan berlaku selama 90 hari ke depan.

 

Presiden AS Donald Trump memuji perjanjian tersebut sebagai hasil nyata dari kebijakan tarif agresif yang ia terapkan, setelah sebelumnya menandatangani kesepakatan serupa dengan Inggris dan kini dengan Tiongkok.

 

“Mereka bersedia membuka pasar Tiongkok sepenuhnya, dan saya yakin ini akan sangat menguntungkan bagi Tiongkok, dan juga luar biasa untuk kita,” ujar Trump dalam pernyataannya di Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Selasa (13/4/2025).

 

Trump juga menyatakan bahwa kesepakatan ini adalah “langkah awal” menuju terciptanya keseimbangan perdagangan yang berkelanjutan di masa depan.

 

Wall Street Memberi Respons Positif

Pasar saham Amerika merespons berita kesepakatan tersebut dengan penguatan serentak pada Senin. Namun, pada perdagangan Selasa (13/5/2025), pergerakan bursa menjadi bervariasi.

 

Indeks S&P 500 naik sebesar 0,72% dan ditutup di angka 5.886,55. Sementara itu, Nasdaq Composite menguat 1,61% hingga mencapai 19.010,08. Di sisi lain, Dow Jones Industrial Average melemah 269,67 poin atau 0,64% akibat penurunan tajam hampir 18% dari saham UnitedHealth yang membebani indeks.

 

Salah satu sorotan penting dari penguatan saham hari Senin adalah lonjakan saham-saham teknologi raksasa. Kenaikan tersebut membuat kapitalisasi pasar perusahaan seperti Google dan lainnya melonjak sebesar US$ 837 miliar hanya dalam satu hari.

 

Kapitalisasi Pasar Saham Teknologi AS yang Meningkat

No Perusahaan Market Cap (US$ triliun) Kenaikan Market Cap (US$ miliar)
1 Microsoft 3,339 78,26
2 Apple 3,148 186,86
3 NVIDIA 3,001 154,84
4 Amazon 2,215 165,4
5 Alphabet (Google) 1,926 62,8
6 Meta Platforms (Facebook) 1,607 117,98
7 Tesla 1,025 64,84

 

 

Potensi Penguatan di Sektor Saham Indonesia

Dampak positif kesepakatan dagang ini tidak hanya dirasakan di AS. Saat Bursa Efek Indonesia dibuka hari ini, Rabu (14/5/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beserta sejumlah sektor diperkirakan akan mengalami kenaikan.

 

Pada penutupan perdagangan Jumat (9/5/2025), IHSG naik tipis 0,07% ke level 6.832 dengan nilai transaksi sebesar Rp9,01 triliun, melibatkan 19,18 miliar saham dalam 1,11 juta transaksi.

 

Diperkirakan sebagian besar sektor akan bergerak di zona hijau pada perdagangan selanjutnya, khususnya saham-saham unggulan seperti komoditas, teknologi, dan perbankan.

 

1. Saham Teknologi

Kesepakatan tarif yang baru diumumkan membawa sentimen positif besar bagi sektor teknologi. Banyak perusahaan teknologi global, seperti Apple, Nvidia, dan AMD, bergantung pada rantai pasok internasional termasuk manufaktur di Tiongkok dan pasar ekspor di Asia.

 

Redanya tensi dagang menurunkan risiko gangguan pasokan serta biaya tambahan, seperti tarif, sehingga margin keuntungan lebih terjaga. Ini juga akan mendorong sentimen positif terhadap saham teknologi di Indonesia, karena meningkatnya permintaan global akan produk teknologi.

 

Ketika ketidakpastian berkurang, belanja teknologi dari konsumen dan perusahaan cenderung naik. Selain itu, dengan tarif yang dihapus atau ditangguhkan, biaya impor barang teknologi menurun dan profitabilitas perusahaan dapat meningkat.

 

2. Saham Perbankan

Investor mulai mengalihkan modal ke kawasan Asia, yang mendorong nilai saham perbankan Indonesia naik, apalagi setelah sebelumnya saham sektor ini dinilai undervalued.

 

3. Saham Komoditas

Meredanya perang dagang membuat harga bahan baku global lebih stabil. Hal ini menguntungkan perusahaan komoditas, terutama yang mengekspor ke Tiongkok, seperti nikel dan baja, karena permintaan diperkirakan meningkat.

 

4. Sektor Barang Baku

Penurunan tarif impor selama 90 hari memberi akses lebih mudah bagi industri manufaktur di AS dan Tiongkok untuk memperoleh bahan baku, termasuk dari Indonesia. Hal ini membuka peluang ekspor bahan mentah Indonesia ke pasar global, terutama Tiongkok.

 

5. Sektor Properti

Meredanya ketegangan global menciptakan stabilitas ekonomi dan meningkatkan rasa percaya diri investor. Arus modal asing menuju proyek properti dan kawasan industri di Indonesia pun meningkat. Selain itu, suku bunga yang lebih stabil dan dukungan kebijakan pemerintah memperkuat potensi pertumbuhan sektor ini.

 

Liza Camelia Suryanata, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyampaikan bahwa kesepakatan dagang ini dapat menjadi pemicu sentimen positif yang mendorong pasar bergerak ke tren bullish dalam jangka pendek.

 

“Menurunnya risiko sistemik dari perang dagang membuat investor global kembali tertarik pada aset berisiko. Harapannya, ini mendorong arus masuk dana asing ke pasar obligasi dan saham Indonesia, terutama jika suku bunga global bersifat lebih akomodatif,” jelas Liza dalam catatannya.

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.