Ancaman Gagalnya Indonesia untuk Menjadi Negara Maju pada Tahun 2045, Apa Penyebabnya?

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 05 November 2023 Waktu baca 5 menit

Indonesia menghadapi ancaman gagal mencapai status negara maju pada tahun 2045. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang belum optimal. Sebab, salah satu syarat bagi negara berkembang untuk meningkat menjadi negara maju adalah pertumbuhan ekonomi tahunan yang mencapai 7 persen selama 15 tahun berturut-turut.

 

Dalam peluncuran White Paper yang berjudul "Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029," terungkap bahwa Indonesia belum memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk menjadi negara berpendapatan tinggi seperti Cina, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, dan Brasil.

 

Berdasarkan catatan dari LPEM FEB UI, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan Indonesia berisiko gagal mencapai status negara maju, di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang stagnan dan tidak pernah melebihi angka sekitar 5 persen. Bahkan, pertumbuhan kredit setiap tahunnya tidak pernah mencapai 15 persen.

 

Selain itu, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tidak pernah melampaui 11 persen dan bahkan hanya mencapai 9,9 persen dalam satu dekade terakhir. Kontribusi industri terhadap PDB juga terus menurun hingga mencapai angka sekitar 18 persen, dan tingkat kemiskinan ekstrem tetap bertahan di sekitar 1,7 persen.

 

Kepala LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin, menggambarkan bahwa situasi perekonomian Indonesia yang stagnan seperti menabrak tembok di setiap langkahnya.

 

"Seems that we hit a glass ceiling everywhere," kata Chaikal yang juga salah satu penulis dalam white paper tersebut.

 

Oleh karena itu, Chaikal menekankan pentingnya mengembangkan strategi cadangan untuk mengatasi situasi ekonomi jika Indonesia gagal mencapai status negara maju.

 

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah mempersiapkan kelas menengah Indonesia yang memiliki jumlah yang cukup besar, yaitu sekitar 40-80 persen dari total penduduk Indonesia.

 

"Indonesia perlu memiliki kelas menengah yang kuat dan inovatif. Jika pada tahun 2045 Indonesia tidak mencapai status negara maju, maka Indonesia tetap memiliki kelas menengah yang kuat dan produktif," kata Chaikal.

 

Menurut Chaikal, persiapan ini dapat dilakukan melalui peningkatan kesetaraan dalam kesempatan dan akses pendidikan serta kesehatan yang berkualitas, menciptakan lapangan kerja di sektor formal, membangun infrastruktur dasar, dan menyediakan jaminan sosial yang menyeluruh.

 

"Ini akan menjadi modal utama dan satu-satunya cara untuk mewujudkan impian Indonesia Emas pada tahun 2045," tambahnya.

 

Dekan FEB UI, Teguh Dartanti, menambahkan bahwa Indonesia seharusnya fokus pada upaya mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan membangun kelas menengah yang kuat dan inovatif.

 

"Kami percaya bahwa ini adalah catatan-catatan yang sangat penting. Apakah impian ini masih realistis atau tidak, atau apakah kita perlu memikirkan kembali apakah Indonesia akan menjadi Indonesia Emas 2045 atau Indonesia Cemas 2045," ungkapnya.

 

Ia juga mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo bersifat inklusif, tetapi pada periode berikutnya menjadi kurang inklusif.

 

"Artinya, program pemerintah lebih fokus pada 20 persen kelompok terbawah dan 10 persen kelompok teratas, sementara kelompok kelas menengah yang berkontribusi sekitar 40-80 persen dari total penduduk seringkali terlupakan," tambahnya.

Sumber: infobanknews

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.