BRICS & Asia Jual Aset AS Rp122.000 Triliun, Posisi Dolar Terancam!

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 03 June 2025 Waktu baca 5 menit

illustrasi

Amerika Serikat (AS) kini menghadapi risiko besar dari potensi penarikan investasi yang dilakukan oleh negara-negara Asia dan anggota aliansi BRICS dari instrumen keuangan yang berbasis dolar AS. Apabila tren ini terus berlanjut, AS bisa kehilangan aset senilai sekitar USD 7,5 triliun atau setara dengan Rp122.000 triliun, termasuk surat utang dan obligasi pemerintah.

 

Selama bertahun-tahun, negara-negara Asia menjalankan strategi ekonomi yang bertumpu pada ekspor ke pasar AS, lalu menanamkan surplus perdagangannya ke dalam aset-aset keuangan AS. Namun, pergeseran dinamika global serta kebijakan proteksionis dari pemerintahan Donald Trump mulai mengganggu arus modal ini.

 

Kebijakan tarif dan perang dagang telah menyebabkan kekecewaan di banyak negara berkembang. Bersamaan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan tekanan ekonomi, banyak negara mulai mendiversifikasi cadangan devisanya dan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.

 

Beberapa manajer investasi internasional mengatakan kepada Bloomberg bahwa jika tren keluarnya modal dari aset-aset dolar ini tidak bisa dibendung, ekonomi AS dapat menghadapi prospek yang suram. Negara-negara BRICS, terutama China, menjadi pelopor dalam pergeseran ini. Sejak awal tahun 2024, China dikabarkan telah melepas obligasi dan surat utang AS senilai sekitar USD150 miliar. Dana hasil penjualan ini sebagian besar dialihkan ke bentuk investasi lain seperti emas dan mata uang domestik.

 

“Kita tengah berada dalam fase perubahan tatanan dunia, dan saya tidak yakin kita akan kembali ke situasi seperti sebelumnya,” kata Virginie Maisonneuve, Chief Investment Officer di Allianz Global Investors, dikutip dari Watcher Guru pada Senin (1 Juni). Ia menjelaskan bahwa perubahan ini merupakan bagian dari evolusi tatanan global pasca-Perang Dunia II, yang dipicu oleh bangkitnya kekuatan ekonomi dan teknologi China yang mulai menyaingi dominasi AS.

 

Penurunan Penerbitan Obligasi Dolar AS

Data terbaru dari Dealogic menunjukkan bahwa penerbitan obligasi berdenominasi dolar AS oleh negara-negara asing mengalami penurunan signifikan sebesar 19 persen pada tahun 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

 

Dalam lima bulan pertama 2025, terjadi penurunan investasi dalam obligasi dan surat utang pemerintah AS sebesar USD86,2 miliar. Sebaliknya, penanaman dana dalam aset berdenominasi mata uang lokal melonjak ke angka tertinggi dalam lima tahun terakhir, mencapai USD326 miliar.

 

Fenomena ini mencerminkan adanya perubahan arah strategi keuangan global, di mana negara-negara berkembang kini lebih memilih instrumen finansial dalam negeri guna memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi serta meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.

 

Para analis menilai bahwa langkah yang diambil oleh negara-negara BRICS dan Asia ini bukan hanya menyulitkan pendanaan bagi AS, tetapi juga mengguncang dominasi dolar di panggung keuangan global. Bahkan negara-negara Eropa yang sebelumnya menjadi sekutu dekat AS pun mulai menjauh dari kebijakan fiskal Washington.

 

“Perubahan ini kemungkinan telah memperluas basis investor dan mendorong lebih banyak penerbitan mata uang lokal sepanjang tahun 2025,” ujar Johnny Chen, Manajer Portofolio di William Blair.

Sumber: sindonews.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.