Dampak Melandainya Inflasi RI ke 2,61% Terhadap Nilai Rupiah: Apakah Menguntungkan?

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 04 January 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Rupiah terpantau mulai melemah setelah sektor manufaktur Tiongkok mengalami kontraksi dan indeks Dolar AS (DXY) menguat tajam, meski inflasi di negara tersebut turun lebih baik dari perkiraan. 
Menurut Refinitiv, koin Garuda pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (1 Februari 2024), berada di level Rp 15.465/US$, terdepresiasi 0,45%. Hal ini berbanding terbalik dengan kenaikan yang terjadi pada penutupan pasar Jumat (29 Desember 2023) sebesar 0,13%.

 

Sedangkan DXY kemarin pada  pukul 14.52 WIB naik 0,12% ke 101,45. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan penutupan Jumat (29 Desember 2023) di level 101,33.

 

Sedangkan DXY kemarin pada  pukul 14.52 WIB naik 0,12% ke 101,45. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan level penutupan pasar pada Jumat (29 Desember 2023), yakni pada Minggu (31 Desember 2023), Tiongkok mengumumkan indeks PMI manufaktur NBS yang menunjukkan negara tersebut kembali turun ke peringkat 49 pada kuartal pertama. Periode Desember atau lebih rendah dibandingkan bulan lalu, sebelumnya sebesar 49,4 dan ekspektasi pasar sebesar 49,5.  

 

Kontraksi ini merupakan dampak  aktivitas pabrik selama tiga bulan berturut-turut dan merupakan laju paling terasa dalam enam bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh lemahnya pemulihan akibat melemahnya pasar real estat, risiko deflasi, dan meningkatnya tantangan global. 

 

Aktivitas perekonomian Tiongkok terus melambat dan berdampak negatif terhadap impor dan ekspor, termasuk neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok secara umum. Selain itu, nilai tukar rupee akan mengalami tekanan yang cukup kuat pada tahun 2023. Secara rata-rata, rupee akan mencapai Rp 15.255/US$ atau lebih tinggi dari asumsi makroekonomi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni Rp 14.800/US$. $. 

 

“Nilai tukar kita Rp 15.255/US$ menunjukkan lebih lemah dari asumsi Rp 14.800/US$,” kata Menkeu. Sri Mulyani Indrawati saat jumpa pers APBN  di Gedung Djuanda Kementerian Keuangan, Selasa (1 Februari 2024).gka 101.33.

 

Salah satu penyebabnya adalah kebijakan bank sentral Amerika (Fed) yang terus melakukan pengetatan suku bunga sebanyak empat kali dengan total  100 basis poin (bps). Oleh karena itu, kekuatan DXY mendorong investor untuk berinvestasi di Amerika Serikat dibandingkan emerging market seperti Indonesia. Dengan kata lain, sedang terjadi gelombang penarikan modal dari Indonesia. 

 

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan  laju inflasi Indonesia pada tahun 2023 mengalami penurunan akibat melemahnya tren  inflasi yang mendasarinya. Kita tahu, tingkat inflasi akan sebesar 2,61% year-on-year sepanjang tahun 2023. Ini merupakan tingkat inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir. Sementara itu, komponen inti tahunan mengalami inflasi sebesar 1,80% year-on-year menurut data BPS yang memberikan kontribusi sebesar 1,1% year-on-year. 

 

Di sisi lain, sentimen domestik terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2023 juga akan mempengaruhi pergerakan mata uang negara tersebut. Memang, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers realisasi APBN 2023 mengatakan, Selasa (1 Februari 2024), perekonomian Indonesia diperkirakan  tumbuh 5,05% pada tahun 2023.  

 

Laju pertumbuhan ini akan lebih rendah dari target APBN sebesar 5,3%. Tahun lalu, kegagalan memenuhi target pertumbuhan menjadi tren negatif di bawah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), yang hampir selalu meleset dari target pembangunan. Selama 9 tahun menjabat sebagai pemimpin Indonesia (2015-2023), Jokowi baru mencapai target pertumbuhannya pada tahun 2022. Basis pertumbuhan pada tahun  2021 bisa dikatakan sangat rendah.

 

Teknikal Rupiah

Secara teknikal secara hourly, rupee kembali bergerak  sideways setelah kemarin melemah. Di dekatnya, rupee kemungkinan akan menguji resistennya di IDR/US$ 15.480, posisi yang berasal dari moving average 200 jam atau moving average 200 (MA200). 

 

Namun jika terjadi pembalikan yang lebih besar, pelaku pasar mungkin akan mewaspadai level support terdekat di Rp 15.390. Posisi ini diperoleh dari garis horizontal berdasarkan low candle yang  diuji pada 29 Desember 2023.

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.

TAG :