
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 04 July 2025 Waktu baca 5 menit
Senin, 30 Juni 2025
Elon Musk secara terbuka mengkritik Rancangan Undang-Undang pengeluaran dan pajak yang dijuluki Trump sebagai “Big, Beautiful Bill”. Musk menyebut RUU tersebut “gila” dan berpotensi merusak pasar tenaga kerja. Kritik itu memicu pelemahan awal saham Tesla sebesar 1,9%.
Selasa Pagi, 1 Juli 2025
Melalui platform Truth Social, Trump membalas keras:
“Elon mungkin menerima subsidi lebih banyak dibanding siapa pun dalam sejarah. Tanpa subsidi, dia mungkin harus menutup perusahaannya.”
Trump juga menyerukan kepada lembaga fiktif "Department of Government Efficiency" (DOGE) untuk meninjau kembali seluruh kontrak Tesla dan SpaceX, serta mengancam mencabut insentif kendaraan listrik dan kontrak bernilai miliaran dolar.
Penutupan Pasar
Saham Tesla ditutup melemah tajam, mencatat penurunan harian sekitar 4,5–6%, mengakhiri sesi perdagangan di zona merah signifikan.
Kapitalisasi pasar Tesla dilaporkan terkikis miliaran dolar hanya dalam satu hari perdagangan. Ini memperburuk kinerja saham Tesla yang sebelumnya juga terpukul akibat ketegangan politik dan bisnis di bulan Juni.
Analis Wedbush memperingatkan bahwa konflik politik antara Musk dan Trump kini menjadi "overhang" yang membayangi pergerakan saham Tesla. Meski begitu, mereka masih mempertahankan rekomendasi outperform dengan target harga USD 500.
Pihak Tesla, SpaceX, maupun Elon Musk sendiri belum memberikan tanggapan resmi atas ancaman terbaru dari Trump.
Aspek | Dampak & Implikasi |
---|---|
Politik & Regulasi | Ancaman pencabutan insentif kendaraan listrik (EV) senilai USD 7.500 per unit berpotensi menggerus pendapatan Tesla hingga USD 1,2 miliar per tahun. |
Sentimen Investor | Ketidakpastian melonjak, tercermin dari lonjakan aktivitas opsi jual Tesla dalam satu hari perdagangan. |
Kinerja Penjualan | Tekanan juga datang dari penurunan penjualan Tesla di Eropa, memperkuat kekhawatiran investor akan tantangan operasional. |
Gerakan Publik | Kampanye boikot bertajuk “Tesla Takedown” semakin meningkatkan sorotan negatif terhadap perusahaan. |
Analis Wedbush, Dan Ives, menilai konflik politik ini memang menimbulkan tekanan jangka pendek terhadap kinerja saham Tesla. Namun, ia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang perusahaan yang dinilai memimpin dalam sektor kecerdasan buatan (AI) dan energi terbarukan.
Secara lebih luas, dinamika ini dinilai sebagai bagian dari pertarungan kebijakan fiskal AS di bawah Trump, ketegangan teknologi AS–Tiongkok, serta faktor geopolitik global yang dapat terus mempengaruhi pergerakan pasar, termasuk saham Tesla.
Krisis terbaru ini memperjelas bahwa Tesla tidak hanya menghadapi tantangan sebagai perusahaan teknologi otomotif, tetapi juga sebagai entitas yang terseret dalam pusaran politik Amerika Serikat.
Bagi investor, insiden ini menjadi pengingat penting bahwa kinerja saham tidak hanya bergantung pada fundamental bisnis, tetapi juga pada risiko regulasi dan ketidakpastian geopolitik.
Ke depan, investor disarankan memantau perkembangan pembahasan RUU fiskal, pernyataan Trump berikutnya, serta laporan keuangan Tesla untuk kuartal II. Jika ancaman pencabutan insentif kendaraan listrik benar-benar terealisasi, tekanan terhadap saham Tesla diperkirakan akan berlanjut, meski prospek jangka panjang di sektor energi bersih dan AI tetap positif.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.