Inflasi AS Diprediksi Naik Tajam, Tarif Trump Mulai Bebani Konsumen

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 09 June 2025 Waktu baca 5 menit

illustrasi

Konsumen di Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami percepatan inflasi secara moderat pada bulan Mei tahun ini, terutama untuk barang-barang konsumsi, karena para produsen secara bertahap mulai menerapkan tarif impor yang lebih tinggi. Mengutip laporan Bloomberg pada Minggu (8 Juni 2025), harga barang dan jasa — tidak termasuk makanan dan energi yang cenderung berfluktuasi — mengalami kenaikan sebesar 0,3% pada bulan Mei. Ini merupakan kenaikan bulanan tertinggi dalam empat bulan terakhir, menurut hasil survei Bloomberg terhadap sejumlah ekonom. Sebagai perbandingan, pada bulan April, inflasi inti atau core consumer price index (CPI) meningkat sebesar 0,2%.

 

Inflasi inti, yang sering dianggap sebagai tolok ukur yang lebih stabil untuk mengukur tekanan harga, diperkirakan naik untuk pertama kalinya dalam tahun ini menjadi 2,9% secara tahunan, menurut estimasi median para analis. Laporan inflasi yang akan dirilis pada hari Rabu, bersama dengan data harga produsen yang akan diterbitkan sehari setelahnya, menjadi informasi terakhir yang akan dipertimbangkan oleh para pengambil kebijakan di Federal Reserve sebelum mereka berkumpul dalam pertemuan penetapan kebijakan moneter pada 17–18 Juni 2025.

 

Sekelompok ekonom yakni Anna Wong, Stuart Paul, Eliza Winger, Estelle Ou, dan Chris G. Collins memperkirakan bahwa laju kenaikan CPI bulan Mei mungkin lebih rendah dari ekspektasi pasar, karena deflasi dalam layanan diskresioner (tidak wajib) seperti hiburan dan rekreasi lebih dari cukup untuk mengimbangi kenaikan harga barang yang lebih tinggi. “Beberapa produsen mulai membebankan biaya tarif kepada konsumen. Kami melihat adanya pengalihan sebagian biaya tersebut ke barang-barang seperti perabot rumah tangga, pakaian, dan komponen otomotif. Namun, harga tiket pesawat mengalami penurunan tajam, dan harga layanan hotel serta hiburan juga turun,” kata para ekonom tersebut.

 

Meski Presiden Donald Trump terus menekan bank sentral untuk segera menurunkan suku bunga, Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan para koleganya menyatakan bahwa mereka masih memiliki waktu untuk menilai secara menyeluruh dampak kebijakan tarif terhadap inflasi, ekonomi secara umum, dan pasar tenaga kerja.

 

Bank sentral AS telah memasuki periode blackout menjelang pertemuan kebijakan tersebut. Selain laporan inflasi, data mingguan mengenai klaim tunjangan pengangguran awal juga akan diperhatikan sebagai indikasi tekanan di pasar kerja. Laporan hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah pengajuan klaim meningkat pada minggu terakhir Mei, mencapai level tertinggi sejak Oktober lalu. Namun demikian, laporan ketenagakerjaan yang dirilis hari Jumat menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan pekerjaan melambat, kondisi pasar tenaga kerja masih dalam kategori sehat.

Sumber: bisnis.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.