Krisis Dompet: Cari Uang Makin Sulit, Habisnya Kilat! Kenapa Bisa Begitu?

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 18 June 2025 Waktu baca 5 menit

illustrasi

Ungkapan “mencari uang makin sulit, namun menghabiskannya semakin mudah” tampaknya menggambarkan kenyataan yang dirasakan banyak orang akhir-akhir ini. Di tengah persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan penghasilan, justru kebutuhan hidup makin menuntut pengeluaran yang besar.

 

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, menyoroti bahwa kesulitan masyarakat dalam mendapatkan uang saat ini tercermin dari melambatnya laju pertumbuhan simpanan individu.

 

Menurutnya, penurunan indeks pertumbuhan simpanan menunjukkan bahwa banyak orang tidak mampu menyisihkan uang untuk ditabung karena pendapatannya habis untuk memenuhi kebutuhan harian. Selain itu, meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) turut menjadi indikator lain bahwa memperoleh penghasilan semakin menantang.

 

"Indeks simpanan individu terus melambat. Jumlah pekerja yang terkena PHK tahun lalu mencapai lebih dari 70 ribu, dan tahun ini bisa melonjak hingga 280 ribu orang," kata Bhima saat diwawancarai oleh detikcom, Rabu (18/6/2025).

 

Di sisi lain, tingginya angka pengeluaran masyarakat tercermin dari kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang masih berada di atas 50%. Artinya, daya konsumsi masyarakat masih sangat besar sehingga uang cepat terkuras.

 

"Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% terhadap total PDB. Ini menunjukkan ketimpangan: sulit cari kerja, pendapatan turun, tapi belanja tetap tinggi," jelas Bhima.

 

Tak hanya itu, ia juga menyoroti meningkatnya angka utang masyarakat, terutama dari pinjaman online (pinjol), sebagai bukti bahwa pendapatan cepat habis sehingga masyarakat terpaksa mencari pembiayaan tambahan demi memenuhi kebutuhan dasar.

 

"Di saat pekerjaan susah didapat, angka peminjaman melalui pinjol justru melonjak tajam. Itu menunjukkan kondisi keuangan masyarakat sedang tidak sehat. Naiknya angka kredit bisa juga menunjukkan perilaku konsumtif," jelasnya.

 

Sejalan dengan Bhima, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyebut bahwa fenomena sulitnya mencari uang namun mudah menghabiskannya terlihat dari meningkatnya PHK dan menurunnya daya beli masyarakat, yang berdampak langsung pada pendapatan pelaku UMKM.

 

“Mencari penghasilan memang selalu sulit dari dulu. Tapi sekarang ada banyak kondisi ekonomi yang memperparahnya: meningkatnya PHK, investasi yang lesu, dan minimnya peluang kerja. Tapi pada dasarnya, memang mencari uang itu tidak pernah mudah,” ujarnya.

 

Piter menambahkan bahwa saat ini ekonomi sedang melambat. Karena itu, mencari pekerjaan makin sulit, dan bahkan membuka usaha pun belum tentu bisa menghasilkan keuntungan.

 

"Situasi ekonomi sedang lesu. Jadi cari kerja susah, dan memulai usaha juga belum tentu membawa hasil yang besar," sambungnya.

 

Lebih lanjut, menurutnya, pengeluaran masyarakat semakin meningkat karena banyak kebutuhan baru yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu, wajar bila banyak orang merasa makin sulit mencari uang, tapi uang justru lebih cepat habis — meskipun pada akhirnya, hal ini tetap dipengaruhi oleh gaya hidup masing-masing individu.

 

"Ketika pendapatan terbatas, biaya hidup kita justru makin meningkat dan kompleks. Dulu kita tak butuh biaya internet, sekarang itu jadi kebutuhan wajib. Situasi ekonomi dan sosial jadi makin rumit," pungkasnya.

Sumber: detik.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.