Pemegang Dolar, bersiaplah! Bank Indonesia mengungkapkan prediksi mengejutkan tentang masa depan Rupiah

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 08 August 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Potensi resesi di Amerika Serikat semakin memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Data Refinitiv menunjukkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pukul 12.04 WIB, Rabu (7/8/2024), berada di level Rp 16.110/US$, menguat 0,31% dari penutupan sebelumnya di Rp 16.160/US$.

 

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto, mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi terus menguat seiring dengan meningkatnya potensi resesi di AS.

 

"Iya, kalau begitu bisa saja terjadi. Sekarang saja sudah Rp 16.120-an," kata Edi di Gedung MA, Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Indikator pendeteksi resesi AS, atau Sahm Rule Indicator, naik secara konsisten. Data Sahm Rule naik selama tiga bulan berturut-turut sejak Mei 2024, mencapai 0,53% pada Juli 2024.

 

Data historis menunjukkan bahwa setelah peringatan Sahm Rule muncul atau angkanya mencapai 0,50 poin persentase, angka pengangguran terus meningkat. Data dari Bank of America (BofA) menunjukkan bahwa sejak 1953, indikator Sahm selalu akurat dalam mendeteksi resesi.

 

Survei CME FedWatch Tool juga menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan besar akan memangkas suku bunganya lebih cepat, kemungkinan pada pertemuan September mendatang.

 

Jika ini terjadi, maka tekanan terhadap rupiah akan berkurang karena aliran modal asing akan kembali deras keluar dari AS dan masuk ke pasar negara berkembang.

 

Edi menilai bahwa kondisi ini akan semakin memperkuat rupiah ke depan. Peluang untuk bergerak di bawah Rp 16.110 masih terbuka karena nilai tukar rupiah masih undervalue atau di bawah harga pasar. "Peluangnya sangat terbuka, besar lah," tegas Edi.

 

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, juga memiliki pandangan serupa. Ia mengatakan bahwa dengan potensi resesi yang semakin besar di AS, kemungkinan Bank Sentral AS atau The Fed untuk menurunkan suku bunga acuannya lebih cepat pada tahun ini semakin besar.

 

"Ekspektasi penurunan suku bunga semakin besar, harapannya jika benar terjadi pada September, ini akan positif bagi rupiah dan penurunan yield obligasi," kata Andry.

 

Namun, ia menekankan bahwa rupiah tidak serta merta akan kembali ke level sekitar Rp 15.000 dalam waktu dekat meskipun resesi AS benar-benar terjadi. Volatilitas akan tetap signifikan jika langsung jatuh ke level tersebut.

"Masih akan tertahan oleh sentimen, belum cepat juga karena sesuatu yang cepat kan volatilitasnya kurang bagus," ujar Andry.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.