
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 05 July 2023 Waktu baca 5 menit
Pada tanggal 1 Agustus 2023, China telah membuat keputusan untuk membatasi ekspor dua logam penting, yaitu germanium dan galium. Keputusan ini dapat dikategorikan sebagai peringatan perang dagang yang ditujukan kepada Amerika Serikat dan Eropa. Pasalnya, kedua logam tersebut merupakan bahan utama dalam pembuatan semikonduktor dan mikrochip. Melansir berita dari Reuters pada Rabu (5/7), Kementerian Perdagangan China mengumumkan bahwa pembatasan ekspor ini diberlakukan demi alasan keamanan nasional. Akibatnya, para eksportir diwajibkan untuk memperoleh lisensi guna mengirimkan galium dan germanium mulai tanggal 1 Agustus 2023. Tindakan ini sejalan dengan pertempuran global yang semakin memanas dalam memperebutkan supremasi teknologi. Terlebih lagi, China merupakan negara dengan sumber daya germanium dan galium terbesar di dunia.
Mao Ning, Juru Bicara Luar Negeri China, menegaskan dalam sebuah konferensi pers reguler di Beijing bahwa pemerintah harus mengambil kembali kendali terhadap ekspor germanium dan galium, sesuai dengan hukum yang berlaku, tanpa menargetkan negara tertentu. Dampak kebijakan ini terlihat pada kenaikan harga saham produsen germanium China dalam perdagangan pada Rabu (4/7), seiring dengan antisipasi adanya kenaikan harga bahan baku akibat gangguan pasokan dalam jangka pendek. Menurut Eurasia Group, kebijakan ini tidak secara langsung menghantam Amerika Serikat dan Eropa secara fatal, namun tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi gangguan pasokan dalam jangka pendek.
"Dengan kebijakan ini, China ingin mengingatkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda bahwa China memiliki opsi pembalasan, sehingga mencegah mereka untuk menerapkan pembatasan lebih lanjut dalam akses China terhadap chip dan alat kelas atas," demikian yang ditulis oleh Eurasia Group dalam sebuah catatan pada Senin (3/7). Walaupun AS dan Eropa tidak mengimpor bahan-bahan ini dalam jumlah besar, kebijakan ini tetap memiliki dampak. Pada tahun 2022, AS mengimpor logam galium senilai 5 juta dolar AS dan galium arsenida senilai 220 juta dolar AS, menurut data pemerintah. S&P Global Market Intelligence juga melaporkan bahwa impor germanium lebih tinggi, dengan China mengambil 60 juta dolar AS dalam logam tersebut, sementara Uni Eropa mengimpor germanium senilai 130 juta dolar AS pada tahun 2022. Terlebih lagi, negara-negara lain juga mampu memproduksi logam ini. Belgia, Kanada, Jerman, Jepang, dan Ukraina memiliki kemampuan untuk memproduksi germanium, sementara Jepang, Korea Selatan, Ukraina, Rusia, dan Jerman memproduksi galium.
Sumber: kumparan.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar teknologi aset digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi. |
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.