
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 22 August 2025 Waktu baca 5 menit
Pemerintah Rusia dan Tiongkok memberi sinyal akan mendukung Iran menghadapi tekanan sanksi dari negara-negara Eropa terkait program nuklirnya. Situasi ini muncul setelah Teheran dinilai gagal memenuhi komitmen pengawasan nuklir yang telah disepakati sebelumnya.
Sebelumnya, Inggris, Jerman, dan Prancis, yang dikenal sebagai Tiga Eropa atau E3, memperingatkan kemungkinan diberlakukannya kembali sanksi terhadap Iran sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2231. Mereka menilai Teheran tidak mematuhi perjanjian nuklir Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang ditandatangani pada 2015.
Resolusi tersebut mencakup mekanisme “snapback,” yang memungkinkan PBB memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran jika terbukti melanggar batasan pengayaan nuklir. Namun, hingga saat ini, pertemuan antara Iran dan E3 di Istanbul pada Juli lalu belum menunjukkan perkembangan berarti.
“Kami menegaskan bahwa apabila Iran tidak mau mencapai solusi diplomatik atau tidak memanfaatkan kesempatan perpanjangan, E3 siap memicu mekanisme snapback,” tulis pernyataan bersama tiga negara Eropa tersebut, Kamis (21/8/2025).
Menanggapi tekanan ini, Mikhail Ulyanov, utusan utama Rusia untuk organisasi internasional di Wina, mengindikasikan kesiapan Moskow melindungi Teheran. Ia menuduh ketiga negara Eropa berusaha “memeras” dan “mengancam” Iran dengan batas waktu akhir Agustus terkait perjanjian nuklir baru.
“Dengan kata lain, upaya #E3 untuk memicu #SnapBack meskipun mereka sendiri tidak mematuhinya akan bertentangan dengan prinsip dasar hukum internasional,” ujarnya melalui akun X yang dikutip Newsweek.
China juga menyuarakan sikap serupa. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa penerapan mekanisme snapback tidak akan membangun kepercayaan ataupun menyelesaikan perbedaan, melainkan memperburuk situasi dan menghambat jalur diplomatik untuk melanjutkan perundingan.
“Setiap langkah Dewan Keamanan seharusnya mendukung tercapainya kesepakatan baru dalam negosiasi, bukan menghambatnya,” tegas Lin.
Jika China dan Rusia menolak mengakui mekanisme tersebut atau berupaya memblokir pelaksanaannya, kemampuan Barat untuk menekan Iran melalui diplomasi akan menjadi jauh lebih terbatas.
Tidak adanya sanksi baru juga dapat mengurangi pengaruh Eropa dan membuat Teheran semakin bergantung pada Moskow dan Beijing. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan kemungkinan Amerika Serikat (AS) menempuh opsi militer.
Pekan ini, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, bertemu dengan diplomat dari China dan Rusia untuk membahas langkah bersama menghadapi pendekatan E3 yang dianggap destruktif. Ia menilai usulan dari E3 tidak memiliki landasan hukum yang kuat.
“Ketiga negara tersebut berpandangan bahwa Resolusi 2231 harus berakhir pada waktu yang telah ditentukan, dan mereka secara hukum tidak memiliki hak untuk memicu mekanisme snapback atau menghidupkan kembali resolusi Dewan Keamanan,” jelasnya.
Sumber: cnbcindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.