Rupiah Anjlok! Ini 3 Penyebab Utamanya

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 12 March 2025 Waktu baca 5 menit

illustrasi

Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sentuh Rp 16.410 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan pada Selasa (11/3/2025) di tengah meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS).

 

Pada pukul 09.46 WIB, rupiah berada di posisi Rp 16.410 per dolar AS, melemah 0,47% dibandingkan hari sebelumnya. Posisi ini menjadi yang terendah dalam lima hari terakhir, menyeret mata uang Garuda kembali ke level Rp 16.400.

 

Sejumlah faktor utama memicu pelemahan rupiah, di antaranya:

1. Kekhawatiran Trumpcession Semakin Menguat

Investor mulai mengkhawatirkan potensi resesi ekonomi di AS akibat kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump, yang disebut sebagai Trumpcession (gabungan dari nama Trump dan "recession" atau resesi).

 

Istilah ini diperkenalkan pekan lalu dan mulai digunakan oleh media seperti Reuters untuk menggambarkan data real-time dari Atlanta Fed, yang menunjukkan bahwa ekonomi AS mengalami penurunan signifikan sejak pandemi.

 

Para ekonom di Goldman Sachs meningkatkan perkiraan kemungkinan resesi dalam 12 bulan ke depan dari 15% menjadi 20%, sementara Morgan Stanley memprediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS tahun ini lebih buruk dari estimasi sebelumnya.

 

Salah satu kebijakan yang dikhawatirkan adalah kenaikan tarif impor AS terhadap Meksiko, China, dan Kanada, yang kemudian dibalas dengan tindakan serupa oleh negara-negara tersebut, memicu perang dagang yang semakin memperburuk kondisi ekonomi.

 

Dampak dari kebijakan ini mulai terlihat, di antaranya:

  • Kepercayaan konsumen AS anjlok ke level 64,7 pada Februari 2025, turun dari 67,8 sebelumnya, dan menjadi yang terendah sejak November 2023.
  • Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV-2024 hanya 2,3% secara tahunan, turun dari 3,1% di kuartal III, yang merupakan laju pertumbuhan terendah dalam tiga kuartal terakhir.

 

2. Arus Modal Keluar (Outflow) Menekan Rupiah

Investor asing mencatat outflow sebesar Rp 843,43 miliar pada Senin (10/3/2025). Sepanjang tahun ini, total net sell asing di pasar saham telah mencapai US$ 1,4 miliar.

Aliran modal keluar ini turut memperlemah rupiah karena investor menarik dananya dari pasar keuangan Indonesia.

 

3. Indikator Ekonomi Asia-Pasifik Memburuk

Selain faktor dari AS, pelemahan rupiah juga dipicu oleh memburuknya kondisi ekonomi di Asia-Pasifik:

  • Jepang hanya mencatat pertumbuhan ekonomi 0,6% secara kuartalan pada Q4-2024, lebih rendah dari perkiraan 0,7%.
  • Australia mencatat penurunan indeks kepercayaan bisnis NAB ke -1 pada Februari 2025, pertama kalinya negatif tahun ini, dipicu oleh melemahnya sektor pertambangan, rekreasi, dan transportasi.
  • China mengalami deflasi 0,7% (yoy) pada Februari 2025, deflasi terbesar dalam 13 bulan terakhir, akibat menurunnya permintaan dan kekhawatiran masyarakat terkait lapangan kerja serta pendapatan.
  • Indeks Harga Produsen (PPI) China terkontraksi 2,2% (yoy) pada Februari, menandai kontraksi selama 29 bulan berturut-turut.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.