Tanda-Tanda Ekonomi Indonesia Terancam Gawat: Ini 5 Bukti Pentingnya

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 06 October 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Kondisi perekonomian Indonesia dinilai sedang tidak stabil menjelang akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ditunjukkan oleh berbagai indikator yang melemah. Sejumlah data, seperti penurunan pertumbuhan ekonomi (PDB), kontraksi pada PMI manufaktur, deflasi selama lima bulan berturut-turut, hingga lonjakan angka pemutusan hubungan kerja (PHK), menjadi sinyal bahwa ekonomi Indonesia sedang mengalami tekanan.

 

Berikut ringkasan data yang menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia yang sedang menurun:

1. Pertumbuhan PDB yang Lebih Rendah
Pada kuartal II-2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,05% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan kuartal I-2024 yang mencapai 5,11%. Penurunan ini dianggap wajar mengingat pola musiman di mana kuartal kedua biasanya lebih kuat dibanding kuartal pertama. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimis bahwa pada kuartal III-2024, pertumbuhan ekonomi akan stabil di angka 5,06%.

2. PMI Manufaktur Terus Berkontraksi
Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat 49,2 pada September 2024, menandakan kontraksi untuk bulan ketiga berturut-turut setelah Juli (49,3) dan Agustus (48,9). Menurut S&P Global, penurunan ini disebabkan oleh lesunya permintaan global, yang mengakibatkan penurunan pesanan ekspor selama tujuh bulan berturut-turut. Meski biaya input meningkat karena faktor nilai tukar, beberapa perusahaan mulai menambah tenaga kerja karena optimisme pemulihan ke depan.

3. Deflasi Selama Lima Bulan Berturut-turut  
Indonesia mencatat deflasi bulanan (month-to-month/mtm) selama lima bulan berturut-turut dari Mei hingga September 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi sebesar 0,12% pada September 2024, lebih dalam dari bulan sebelumnya (0,03%). Kondisi ini mengingatkan pada krisis 1998/1999. Penurunan harga pangan yang berkepanjangan serta indikasi pelemahan daya beli masyarakat dianggap sebagai penyebab utama deflasi yang berlarut-larut ini.

4. Lonjakan PHK Tak Terkendali  
Melemahnya daya beli masyarakat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah PHK. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat hingga September 2024, sebanyak 52.993 pekerja di Indonesia terkena PHK, naik 25,3% dibandingkan periode yang sama pada 2023. Sektor manufaktur, termasuk industri tekstil, garmen, dan alas kaki, menjadi yang paling terdampak oleh gelombang PHK ini.

5. Penerimaan Negara Turun
Kementerian Keuangan melaporkan bahwa penerimaan negara hingga Agustus 2024 mencapai Rp1.777 triliun, atau 63,4% dari target APBN 2024, turun 2,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Penerimaan pajak, terutama dari Pajak Penghasilan (PPh) Non-migas, mengalami penurunan akibat harga komoditas yang melemah dan penurunan lifting minyak bumi. Pajak Penghasilan Migas juga turun 10,23% secara tahunan.

 

Data ini menunjukkan bahwa tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini cukup kompleks, melibatkan faktor domestik dan global yang berpotensi memengaruhi daya beli dan stabilitas perekonomian di masa mendatang.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.