Trump Naikkan Tarif Impor 19% untuk Malaysia, Thailand, Kamboja – RI Terancam?

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 01 August 2025 Waktu baca 5 menit

Foto: REUTERS/Leah Millis

Ringkasan Berita: Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan tarif impor sebesar 19% terhadap barang dari Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Tarif ini disamakan dengan yang dikenakan kepada Indonesia dan Filipina. Malaysia berusaha mempererat hubungan dagangnya dengan AS dan berharap tarif tersebut tidak melebihi 20%.

 

Sementara itu, Thailand menawarkan akses pasar lebih luas guna menghindari tarif yang lebih tinggi. Setelah konflik, Thailand dan Kamboja menyepakati gencatan senjata. AS mengancam akan menghentikan pembicaraan perdagangan bila konflik terus berlanjut.

 

Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk sebesar 19% atas produk ekspor dari Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Kebijakan ini dituangkan dalam perintah eksekutif yang dia tandatangani pada Kamis (31 Juli 2025) waktu setempat, menjelang tenggat waktu 1 Agustus yang sebelumnya ditetapkan untuk memulai perundingan perdagangan dengan negara-negara mitra. Tarif tersebut lebih rendah dibanding ancaman sebelumnya—25% untuk Malaysia dan 36% untuk Thailand serta Kamboja. Kini, tarif ketiga negara tersebut disetarakan dengan tarif bagi Indonesia dan Filipina, yang telah lebih dahulu menuntaskan perjanjian dagangnya.

 

Mengutip laporan Bloomberg pada Jumat (1 Agustus 2025), Malaysia berusaha memperkuat hubungan ekonomi dengan AS, termasuk melalui upaya memberantas penyelundupan semikonduktor canggih yang melewati wilayahnya, serta berperan dalam menengahi gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja. Pemerintahan Perdana Menteri Anwar Ibrahim menargetkan tarif di bawah 20% agar sejalan dengan tarif negara tetangga seperti Vietnam, Indonesia, dan Filipina.

 

Anwar menyatakan pada Kamis bahwa ia mendapat informasi langsung dari Presiden Trump melalui sambungan telepon, yang menyebutkan bahwa tarif untuk Malaysia akan diumumkan pada Jumat waktu Malaysia. Dalam pidatonya, Anwar juga mengungkapkan bahwa Trump mengapresiasi kontribusi Malaysia dalam meredakan konflik di perbatasan Thailand dan Kamboja.

 

Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Aziz, menegaskan bahwa Malaysia memiliki sejumlah prinsip utama dalam negosiasi, termasuk menjaga kedaulatan nasional dan tidak mengorbankan hubungan ekonomi dengan mitra lain hanya demi kesepakatan dengan AS.

 

Gencatan Senjata Thailand-Kamboja: Pada awal pekan ini, para pemimpin Thailand dan Kamboja sepakat untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama lima hari. Trump sebelumnya mengultimatum bahwa negosiasi perdagangan tidak akan dilanjutkan jika kedua negara masih berseteru. Namun, perjanjian damai tersebut sempat goyah setelah Thailand menuduh militer Kamboja menembak secara sepihak, yang dianggap melanggar kesepakatan.

 

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Thailand dan Kamboja, namun tidak memberikan rincian isinya. Dalam upaya terakhir untuk menghindari tarif lebih tinggi, Thailand menawarkan akses pasar lebih luas untuk produk-produk AS, serta menjanjikan penghapusan tarif atas 90% barang impor.

 

Thailand juga menyatakan kesediaannya untuk memangkas surplus perdagangan dengan AS yang saat ini mencapai US$46 miliar, hingga 70% dalam waktu tiga tahun, serta menghentikan praktik pengalihan produksi dari negara lain. Sebelum pengumuman tarif disampaikan, Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, mengatakan bahwa ia memperkirakan tarif yang dikenakan AS akan sejalan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, sekitar 20%.

 

AS merupakan pasar ekspor terbesar bagi Thailand pada tahun lalu, menyumbang sekitar 18% dari total ekspor. Mengingat ekonomi Thailand sangat bergantung pada perdagangan luar negeri, memperoleh tarif yang lebih rendah dari AS dianggap penting untuk mengurangi tekanan eksternal. Saat ini, ekonomi Thailand sedang dihimpit oleh tingginya utang rumah tangga—tertinggi di Asia Tenggara—dan lemahnya konsumsi dalam negeri.

Sumber: bisnis.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.