Daftar Pekerjaan dengan Prospek Cerah & Terancam di 2030 - Apa Posisi Anda?

Edukasi - Diposting pada 20 January 2025 Waktu baca 5 menit

Illustrasi

DIGIVESTASI - Dalam laporan Future of Jobs Report 2025 yang dirilis pada 8 Januari 2025, Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) memproyeksikan sejumlah pekerjaan garis depan akan mengalami pertumbuhan terbesar pada 2030. Pekerjaan tersebut mencakup bidang pertanian, pengemudi pengiriman, pekerja konstruksi, tenaga penjualan, serta pekerja di sektor pengolahan makanan.

 

Pekerjaan dalam ekonomi perawatan, seperti profesional keperawatan, pekerja sosial dan konseling, serta asisten perawatan pribadi, juga diprediksi akan tumbuh signifikan dalam lima tahun mendatang. Hal serupa berlaku untuk profesi guru pendidikan menengah dan tinggi.

 

Di sisi lain, pekerjaan yang berkaitan dengan teknologi diidentifikasi sebagai yang paling cepat berkembang. Contohnya adalah spesialis big data, insinyur teknologi finansial, ahli kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin, serta pengembang perangkat lunak dan aplikasi.

 

Pekerjaan yang berfokus pada transisi energi hijau juga masuk dalam kategori dengan pertumbuhan tercepat, termasuk spesialis kendaraan listrik dan otonom, insinyur lingkungan, serta insinyur energi terbarukan.

 

Namun, beberapa sektor pekerjaan diperkirakan akan mengalami penurunan permintaan secara drastis pada 2030, seperti pekerja administrasi, sekretaris, kasir, petugas tiket, teller bank, petugas layanan pos, dan entri data.

 

Rata-rata pekerja menghadapi kemungkinan perubahan atau penghapusan 39 persen dari keterampilan mereka pada periode 2025-2030. Meski demikian, angka ini lebih rendah dibanding laporan sebelumnya yang mencatat perubahan keterampilan sebesar 44 persen pada 2023 dan mencapai 57 persen pada 2020 setelah pandemi COVID-19.

 

Pemikiran analitis dipandang tetap sebagai keterampilan utama yang paling dibutuhkan oleh pemberi kerja. Hingga 2025, sekitar 70 persen perusahaan menyebutkan keterampilan ini sebagai prioritas, disusul oleh ketahanan, fleksibilitas, ketangkasan, kepemimpinan, serta pengaruh sosial.

 

Keterampilan di bidang kecerdasan buatan dan mahadata menempati urutan teratas sebagai kemampuan yang berkembang paling pesat, diikuti oleh literasi teknologi dan keamanan siber.

 

Dalam laporannya, Direktur Pelaksana Forum Ekonomi Dunia, Saadia Zahidi, menyatakan bahwa inovasi transformasional, khususnya dalam kecerdasan buatan generatif (GenAI), membawa dampak besar bagi sektor industri dan pekerjaan. Namun, perubahan tersebut disertai tantangan seperti gejolak ekonomi, ketegangan geoekonomi, perubahan iklim, dan meningkatnya populasi usia tua.

 

Saadia menambahkan bahwa laporan Future of Jobs Report 2025 didasarkan pada survei terhadap lebih dari 1.000 pemberi kerja yang mewakili 14 juta pekerja di 22 sektor industri. Survei ini juga melibatkan 55 ekonom yang memberikan perspektif mengenai tren pekerjaan hingga 2030.

 

Dari belasan tren makro yang dicatat, perluasan akses digital menjadi tren paling transformatif, dengan 60 persen pemberi kerja menyatakan hal ini akan memengaruhi bisnis mereka pada 2030. Tren lainnya meliputi kemajuan teknologi seperti AI, otomatisasi, robotika, hingga transisi energi, yang memengaruhi peran pekerjaan secara berbeda.

 

Tren lain yang mencuat adalah meningkatnya biaya hidup, perubahan iklim, serta pergeseran demografis. Sementara populasi yang menua memicu peningkatan kebutuhan pekerja kesehatan, negara dengan populasi usia kerja yang meningkat memerlukan tenaga pengajar lebih banyak.

 

Pergeseran geoekonomi dan ketegangan geopolitik turut mempercepat transformasi model bisnis di sejumlah organisasi, dengan lebih dari 23 persen pemberi kerja menyoroti dampak kebijakan perdagangan dan hubungan antara Amerika Serikat dan China.

 

Menanggapi laporan tersebut, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, menyatakan bahwa tren pertumbuhan pekerjaan, terutama di sektor konvensional seperti pertanian dan konstruksi, masih sulit tergantikan teknologi. Meski demikian, Indonesia perlu mempertimbangkan perkembangan sektor digital tinggi dan manajerial.

 

Sementara itu, Harry Seldadyo dari Universitas Katolik Atma Jaya menilai bahwa tren transformasi bisnis dan dampaknya terhadap pasar kerja adalah hal yang alami dan sudah berlangsung lama. Ia menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan data konkret terkait jumlah pekerja yang terdampak maupun yang akan terserap di sektor baru.

 

Menurut Harry, organisasi seperti Apindo dan Kadin diharapkan dapat memperkirakan kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia, sedangkan serikat pekerja diminta untuk menyusun strategi dalam meningkatkan keterampilan anggotanya sesuai kebutuhan pasar.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: kompas.id

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.