
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Investasi Digital - Diposting pada 05 May 2025 Waktu baca 5 menit
Harga emas dunia belakangan ini menjadi perhatian karena mengalami penurunan signifikan. Padahal sebelumnya, harga emas sempat melonjak tajam karena banyak investor mencari aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian global.
Namun pada Jumat, 2 Mei 2025, harga emas global melemah tipis sebesar 0,01% ke level US$3.240,08 per troy ons. Penurunan ini terjadi selama empat hari berturut-turut. Sebelumnya, pada 22 April 2025, harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi intraday di angka US$3.500,05 per troy ons, namun sejak saat itu harga terus menurun.
Beberapa faktor menjadi pemicu turunnya harga emas. Salah satunya adalah meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang membuat investor melakukan aksi jual besar-besaran terhadap emas sebagai aset pelindung nilai. Di samping itu, laporan ketenagakerjaan AS yang menunjukkan perlambatan juga turut menekan harga emas.
Faktor lainnya adalah kebijakan moneter dari Bank Sentral AS (The Federal Reserve) yang mengindikasikan bahwa suku bunga acuan jangka pendek belum akan diturunkan dalam waktu dekat. Para pembuat kebijakan memilih menunggu tanda-tanda yang lebih jelas mengenai inflasi yang menuju target 2% atau indikasi pelemahan pasar tenaga kerja.
Meski harga emas sedang turun, investor ternama John Alfred Paulson — miliarder AS yang terkenal karena keuntungan besar saat krisis keuangan global — memproyeksikan harga emas bisa melonjak hingga mendekati US$5.000 per troy ons pada tahun 2028. Ia memperkirakan lonjakan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan aksi beli emas besar-besaran oleh bank sentral di berbagai negara.
Paulson menyebut emas tetap menjadi instrumen penyimpan nilai paling aman dalam kondisi dunia yang tidak stabil.
"Prediksi ini masuk akal dan punya dasar kuat. Saat bank sentral dan masyarakat mencari alat penyimpan nilai yang lebih andal, peran emas global akan semakin besar," ujarnya dalam wawancara dengan CNBC International, dikutip Minggu (4/5/2025).
Ia memperkirakan bahwa dalam tiga tahun ke depan, harga emas akan menyentuh kisaran US$4.000 terlebih dahulu sebelum naik lebih tinggi.
"US$4.000 dalam tiga tahun adalah proyeksi yang logis dan realistis," kata Paulson kepada Reuters.
Ia juga menilai bahwa prospek ekonomi global — khususnya AS — akan menghadapi tantangan, dan hal itu membuat kepercayaan terhadap dolar AS melemah. Akibatnya, banyak investor akan beralih ke emas.
"Ketika kepercayaan terhadap dolar AS mulai goyah, emas adalah alternatif paling ideal sebagai cadangan nilai," tegasnya.
Sebagai informasi, Paulson merupakan pemegang saham utama di Perpetua Resources, sebuah perusahaan tambang emas dan antimoni di Idaho. Ia juga mengakuisisi 40% saham proyek Donlin milik NovaGold di Alaska dari Barrick.
Sumber: cnbcindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.