Prediksi IHSG Pekan Depan: Nasib Pasar Ditentukan Perundingan AS-China

Investasi Digital - Diposting pada 09 June 2025 Waktu baca 5 menit

illustrasi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan sepanjang perdagangan pekan ini. Lalu, bagaimana prospeknya untuk pekan depan? Berdasarkan data yang dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mengalami penurunan sebesar 0,87% selama sepekan dan ditutup di level 7.113,42 pada perdagangan Kamis (5 Juni 2025). Walaupun demikian, secara tahunan sejak awal tahun 2025 (year to date/ytd), IHSG masih mencatatkan penguatan sebesar 0,47%.

 

Kapitalisasi pasar Bursa turut mengalami penurunan sebesar 0,32% selama satu minggu, menjadi Rp12.381 triliun dari sebelumnya Rp12.420 triliun. Dalam kurun perdagangan satu minggu terakhir, yakni dari tanggal 2 hingga 5 Juni 2025, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp4,7 triliun di pasar saham Indonesia. Secara kumulatif sepanjang tahun 2025, total aksi jual bersih asing telah mencapai Rp49,88 triliun.

 

Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas, menyatakan bahwa pergerakan IHSG pada pekan depan akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama. Salah satunya adalah kelanjutan negosiasi antara Amerika Serikat dan Tiongkok mengenai tarif impor yang dijadwalkan berlangsung di London. “Jika negosiasi tersebut berhasil menghasilkan kesepakatan yang menyeluruh, maka hal ini akan memberikan sentimen positif terhadap pasar,” ujarnya kepada Bisnis pada Minggu (8 Juni 2025).

 

Dari sisi domestik, IHSG diperkirakan akan bergerak mengikuti perkembangan data makroekonomi, terutama indeks belanja konsumen atau consumer spending index. Selain itu, menurut Nafan, aliran modal asing kemungkinan akan bergeser ke sektor-sektor saham yang memiliki potensi pertumbuhan yang relatif lebih tinggi, sementara pelaku pasar secara umum cenderung bersikap hati-hati untuk saat ini.

 

Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menilai bahwa pelemahan IHSG pada pekan ini disebabkan oleh aksi ambil untung (profit taking) jangka pendek yang dilakukan investor di tengah momentum libur panjang akhir pekan. “Pasar juga masih menunggu hasil perkembangan perundingan dagang antara AS dan China, khususnya menjelang berakhirnya periode tenggang waktu 90 hari pemberlakuan tarif resiprokal,” tulis Ratna dalam risetnya.

 

Di samping itu, pelaku pasar juga mencermati realisasi investasi dari Superholding BUMN, Danantara, senilai Rp81,4 miliar. Investasi ini akan berasal dari potensi dividen BUMN yang diperkirakan mencapai Rp120 miliar tahun ini, dan akan dialokasikan untuk delapan sektor ekonomi yang menjadi fokus Danantara.

Sumber: bisnis.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.