
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Saham News - Diposting pada 16 March 2025 Waktu baca 5 menit
Kepala Ekonom J.P. Morgan, Bruce Kasman, memperingatkan bahwa ada kemungkinan sekitar 40% Amerika Serikat mengalami resesi tahun ini. Selain itu, ia menyoroti risiko yang dapat merusak posisi AS sebagai tujuan investasi global.
"Saat ini, kami melihat kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap ekonomi AS," ujar Kasman, dikutip dari Reuters, Minggu (16/3/2025).
Kasman sebelumnya memperkirakan risiko resesi AS berada di angka 30%, namun kini meningkat menjadi 40% dalam proyeksinya. Sementara itu, J.P. Morgan memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS tahun ini hanya mencapai 2%.
Indeks saham AS mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir seiring dengan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap dampak kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Kekhawatiran ini juga tercermin dalam survei Reuters terhadap para ekonom di Kanada, Meksiko, dan AS minggu lalu. Hasil survei menunjukkan bahwa 95% responden melihat risiko resesi meningkat akibat kebijakan tarif Trump.
Sejalan dengan itu, Goldman Sachs dan Morgan Stanley menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS. Kini, keduanya memperkirakan pertumbuhan PDB AS hanya mencapai 1,7% dan 1,5% pada 2025.
Kasman menambahkan bahwa peluang resesi bisa meningkat menjadi 50% atau lebih jika Trump benar-benar memberlakukan tarif balasan yang telah diancamkan untuk mulai diterapkan pada April mendatang.
"Jika kebijakan yang semakin merugikan dan tidak ramah terhadap dunia usaha terus diterapkan, saya rasa risiko resesi di masa depan akan semakin meningkat," ungkapnya.
Kasman juga menekankan bahwa ketidakpastian dalam pemerintahan AS dapat mengguncang kepercayaan investor terhadap aset negara tersebut.
"AS selama ini membangun reputasi sebagai negara dengan supremasi hukum yang kuat, aliran informasi yang transparan, dan aturan main yang dapat diandalkan. Namun, jika pemerintah mulai bertindak dengan cara yang tidak terduga, kepercayaan itu bisa tergerus," jelasnya.
Menurut Kasman, pemangkasan anggaran lembaga pemerintah, perubahan kebijakan luar negeri AS, serta keputusan untuk membubarkan komite penasihat yang membantu pengumpulan data menjadi faktor yang berpotensi merusak stabilitas pasar.
"Semua faktor tersebut menambah ketidakpastian dalam kebijakan AS dan menjadi bagian dari risiko dalam proyeksi tahun ini yang belum sepenuhnya diperhitungkan," pungkasnya.
Sumber: cnbcindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.