
Berita Terkini
Purbaya Beri Tenggat 16 Hari untuk Kementerian Selesaikan Anggaran
/index.php
Saham News - Diposting pada 05 May 2025 Waktu baca 5 menit
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mencatat laba bersih sebesar US$196 juta pada kuartal pertama 2025, mengalami penurunan sebesar 54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini hanya mencakup 30% dari estimasi tahunan Macquarie dan 24% dari konsensus analis.
Meski begitu, saham AADI masih mendapat rekomendasi positif dari para analis, dengan proyeksi harga yang cukup tinggi. Perusahaan ini juga diperkirakan akan membagikan dividen interim untuk tahun buku 2025 pada paruh kedua tahun ini.
Laporan riset Macquarie menunjukkan bahwa pendapatan AADI mengalami penurunan sebesar 12% menjadi US$1,1 miliar. Laba kotor menyusut 11% ke angka US$347 juta, EBITDA menurun 14% menjadi US$289 juta, dan laba bersih merosot signifikan sebesar 54% menjadi US$196 juta.
Pada periode tersebut, produksi batu bara AADI turun 3% menjadi 16 juta ton, meskipun volume penjualan meningkat 6% menjadi 16,4 juta ton. Rasio nisbah kupas juga menurun 13% menjadi 3,2 kali.
Macquarie mencatat bahwa biaya tunai (cash cost) mencapai US$42,7 per ton, sementara harga jual rata-rata (ASP) menurun 17% menjadi US$68 per ton.
Meskipun hasil kuartal ini di bawah ekspektasi dari sisi ASP, Macquarie menilai bahwa volume produksi dan penjualan masih sesuai dengan proyeksi awal, sementara rasio kupas yang lebih rendah memberikan efisiensi tambahan.
"Ke depannya, rasio tersebut bisa kembali naik sesuai panduan dari manajemen, namun biaya tunai tercatat turun sebesar 7%," tulis Macquarie dalam risetnya yang dipublikasikan pada Minggu (4/5/2025).
Broker asing ini menilai ASP batu bara termal AADI seharusnya bisa lebih tinggi, karena penurunan ASP perusahaan melebihi penurunan harga acuan pasar.
Macquarie tetap mempertahankan rekomendasi outperform untuk saham AADI, dengan target harga Rp 9.000, naik signifikan dibandingkan harga penutupan terakhir di Rp 6.725. Potensi dividen interim pada semester kedua 2025 menjadi katalis utama.
Sementara itu, Sucor Sekuritas menilai bahwa perubahan kebijakan royalti batu bara akan menguntungkan pemegang izin usaha pertambangan khusus (IUPK) seperti AADI, PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Hal ini berpotensi mendorong harga ketiga saham menuju target tinggi mereka.
Sucor mempertahankan rekomendasi beli untuk AADI dan INDY, masing-masing dengan target harga ambisius sebesar Rp 30.100 dan Rp 3.100. Penurunan royalti 1% diperkirakan akan meningkatkan laba bersih sebesar 16% untuk INDY dan 3% untuk AADI.
Sumber: investors.id
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.