Mengupas Tuntas Anti Nikel dan Geliat Investasi Asing pada Industri Nikel Indonesia

Saham News - Diposting pada 23 January 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Ketika Indonesia mendorong penghentian penggunaan nikel secara massal untuk baterai mobil listrik, teknologi lithium ferrophosphate atau LFP telah muncul sebagai alternatif. Beberapa produsen mobil global saat ini sudah menggunakan teknologi LFP sebagai alternatif pengganti baterai berbahan nikel, seperti Tesla, BYD, dan Wuling.

 

Selain itu, teknologi baterai LFP merupakan pesaing baterai bertenaga berbasis nikel. Kehadiran berbagai teknologi aki mobil listrik dibenarkan karena teknologi aki mobil listrik berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Mengingat posisi Indonesia sebagai produsen nikel terbesar,  Calon Wakil Presiden (Cawapres) Nomor Urut 02 Gibran Rakabuming Raka lantas mempertanyakan posisi Calon Presiden Nomor Urut 01 Muhaimin Iskandar (Cak Imin).  

 

Gibran yang semangat menggalakkan konsumsi mineral menantang pilihan timnas pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin) yang kerap mengkritik penggunaan nikel untuk ketenagalistrikan aki mobil. "LFP itu alternatif pengganti nikel. Kenyataannya ada negara yang tidak mau pakai nikel. Maksudnya Gus Muhaimin sama resistennya terhadap nikel seperti Pak Tom Lembong?" kata Gibran saat debat cawapres di Jakarta, Minggu (21 Januari 2024).

 

Menanggapi pertanyaan Gibran terkait hilirisasi nikel, Cak Imin menegaskan, nilai tambah mineral  tetap perlu memperhatikan etika lingkungan atau kelestarian ekosistem  daerah. “Keseimbangan ini tidak bisa ditawar lagi agar pembangunan kita berkelanjutan,” kata Cak Imin. Sebagai informasi, wakil kapten timnas pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin) sebelumnya menilai pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terlalu fokus pada nikel dan mobil listrik. Hal ini menyebabkan kebijakan pemerintah menjadi sempit.

 

Selain itu, industri nikel dan mobil listrik merupakan industri padat modal dibandingkan padat karya. Meskipun hal ini memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi negara, namun hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan lapangan kerja yang ada. “Karena semuanya padat modal, mulai dari pertambangan yang banyak menggunakan  alat berat hingga smelter, sektor ini terutama diuntungkan oleh investor yang membiayai industri  padat modal tersebut,” ujarnya. Hal itu diungkapkan Tom Lembong pada Konferensi Politik 2024- Pendapat Capres dan Cawapres 2029. Industri, Hilirisasi, dan Perubahan Iklim disiarkan di Research Center YouTube Strategic and International Research (CSIS), Rabu (12 Juni 2023). 

 

Penanaman modal asing pada industri nikel Indonesia 

Perdebatan mengenai hilirisasi pertambangan nikel  tidak lepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia. Cadangan nikel Indonesia sebagian besar tersebar di Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Mengutip laporan “Peluang Investasi Nikel Indonesia” Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia disebutkan memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel). Jumlah tersebut setara dengan 52% cadangan global yang mencapai 139,41 juta ton Ni. 

 

Merujuk pada United States Geological Survey (USGS) Mineral Commodity Summary (MCS) Januari 2023, Indonesia memproduksi  1,04 juta ton nikel pada tahun 2021, kemudian meningkat sebesar 53,84% per tahun menjadi 1,60 juta ton pada tahun 2022. Total produksi nikel nasional pada tahun 2022  setara dengan menjadi 48,48% dari total produksi nikel nasional pada tahun 2022. Total produksi nikel global sebesar 3,30 juta ton. Peningkatan produksi nikel Indonesia ini tidak lepas dari investasi hilirisasi nikel yang dilakukan secara besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir. Selain perusahaan dalam negeri, investasi asing di industri nikel Indonesia juga berkembang pesat. 

 

Peningkatan investasi di pertambangan nikel dimulai pada tahun 2014, ketika pemerintah mulai melarang ekspor bijih nikel dan mewajibkan produsen untuk memurnikan nikel mentah di dalam negeri. Kebijakan tersebut sempat diperdebatkan sebelum akhirnya diperketat pada tahun 2020. Pemerintah berambisi menjadikan Indonesia sebagai pemain utama  industri kendaraan listrik karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.

 

Sejak tahun 2020, beberapa produsen mobil aki global dan merek mobil global mulai melirik Indonesia. Bisnis mencatat sejumlah investor global telah menyatakan minat dan investasinya di Indonesia. BASF dan Eramet, perusahaan asal Jerman dan Perancis, telah menginvestasikan dana sebesar USD 2,6 miliar atau sekitar Rp 38,54 triliun (asumsi kurs Rs 14.825 per dolar AS) untuk pabrik pembuatan bahan baku baterai listrik. BKPM menyebutkan pelaksanaan investasi kedua perusahaan tersebut akan dilakukan pada paruh kedua tahun 2023.

 

Selain itu, ada juga duo merek Korea, LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group yang sedang membangun pabrik  baterai dengan nilai investasi 1,1 miliar USD. Pabrik yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat itu akan beroperasi pada 2024. Investasi nikel sebagian besar masih berasal dari investor China.

 

Misalnya, Zhejiang Huayou Cobalt, Tsingshan Holding Group, dan China Molybdenum Cobalt melakukan pengiriman pertama endapan nikel hidroksida campuran ke China dari Morowali pada Februari 2022. Zhejiang Huayou Cobalt pada akhir tahun 2023 juga diperkirakan telah menjalin kerja sama dengan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan Ford Motor Company dalam proyek bahan baku baterai nikel. Ada pula CATL Group, produsen baterai terbesar China yang bermitra dengan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) atau Antam untuk baterai kendaraan listrik. Hingga saat ini,  pembahasan mendalam mengenai kerja sama kedua belah pihak masih terus dilakukan. 

 

CATL, dalam proyek baterai  bernama Dragon, telah berkomitmen untuk berinvestasi sekitar 6 miliar USD atau setara dengan Rp 92,48 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp 15.349/USD). Berdasarkan profil bisnis, alokasi investasi akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 3-4 tahun sesuai dengan perkembangan kerja hulu hingga hilir industri baterai listrik  bersama IBC.

Sumber: bisnis.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.