
Investasi Digital
Gila! Harga Emas Antam Naik Rp 1 Juta dalam 2,5 Tahun, Lonjakan Tertinggi!
/index.php/news/detail/saham_terkini/saham-tesla-anjlok-tajam-penurunan-terbesar-dalam-5-tahun
Saham News - Diposting pada 14 March 2025 Waktu baca 5 menit
Beberapa minggu setelah Donald Trump memenangkan pemilu AS, harga saham Tesla sempat melonjak ke rekor USD 479 (Rp7,87 juta) per saham, mendorong kekayaan Elon Musk menembus USD 150 miliar (Rp2,5 kuadriliun).
Namun, menurut laporan Carscoops, keadaan kini berubah drastis. Sejak pelantikan Trump, saham Tesla mengalami penurunan tajam, anjlok lebih dari 15% dalam satu hari pada Senin (10/3) ke USD 222 (Rp3,6 juta), level terendah sejak Oktober tahun lalu.
Penurunan ini menjadi kerugian harian terbesar Tesla sejak September 2020, dengan total penurunan lebih dari 53% dari puncak tertingginya di Desember. Pada perdagangan setelah jam kerja, saham Tesla sempat turun lagi 2,7% ke USD 216 (Rp3,5 juta) sebelum akhirnya kembali naik ke USD 222 (Rp3,6 juta).
Pada Jumat (7/3), Tesla mencatat kerugian selama tujuh minggu berturut-turut, menjadi periode penurunan terpanjang sejak IPO pada 2010. Kapitalisasi pasar Tesla kini telah menyusut hampir USD 800 miliar (Rp13,2 kuadriliun) dari puncaknya di Desember.
Para investor tampaknya mulai ragu terhadap Musk, terutama karena keterlibatannya di pemerintahan Trump sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Musk sendiri menyatakan bahwa ia akan tetap dalam pemerintahan Trump selama satu tahun ke depan, meskipun mengaku kesulitan membagi waktu dengan bisnisnya.
Situasi semakin buruk setelah platform X (sebelumnya Twitter) mengalami serangan siber besar-besaran pada Senin, menyebabkan pemadaman sistem. Ketidakstabilan ini semakin membuat investor khawatir.
Namun, penurunan harga saham Tesla bukan hanya akibat faktor politik. Data dari beberapa pasar utama menunjukkan penjualan Tesla mulai melambat dan permintaan terhadap mobil listriknya mengalami penurunan signifikan.
Dalam laporan kepada klien pada Senin (10/3), analis UBS memperkirakan bahwa Tesla hanya akan menjual 367.000 kendaraan di kuartal pertama 2025, turun 6% dari 386.810 unit pada kuartal yang sama tahun lalu. Bahkan, angka ini sudah lebih rendah 9% dari penjualan 422.875 unit di kuartal pertama 2023.
Meski demikian, Tesla masih menjadi produsen mobil paling berharga di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, yang pada Senin (10/3) tercatat USD 696 miliar (Rp11,5 kuadriliun). Angka ini masih jauh di atas Ford (USD 39 miliar), General Motors (USD 47 miliar), dan Volkswagen (USD 64 miliar).
Banyak investor masih melihat Tesla sebagai perusahaan teknologi yang unggul dalam pengembangan kecerdasan buatan, sistem mengemudi otonom, dan robot humanoid, bukan sekadar produsen mobil listrik.
Apakah Tesla akan bangkit kembali, ataukah era kejayaannya telah berakhir? Waktu yang akan menjawab, tetapi saat ini, perjalanan Tesla tampak lebih berliku dari sebelumnya.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita
Sumber: antaranews.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.