DIGIVESTASI - Indonesia mengalami kerugian hingga Rp 500 triliun akibat impor minyak. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat memberikan sambutan pada perayaan HUT ke-65 MKGR di Hotel Shangri-La, Jakarta.

Berdasarkan informasi yang dihimpun detikFinance, Bahlil menjelaskan bahwa konsumsi minyak nasional saat ini rata-rata mencapai sekitar 1,6 juta barel per hari. Namun, produksi minyak Indonesia atau lifting saat ini sangat rendah.

Produksi minyak domestik hanya mencatatkan angka sekitar 590 hingga 600 ribu barel per hari, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor sekitar 1 juta barel per hari.

Bahlil menambahkan, "Dengan mengalokasikan sekitar Rp 500 triliun setiap tahunnya untuk membeli minyak, ini juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nilai tukar Rupiah terhadap dolar," seperti yang dilaporkan oleh detikFinance, Minggu (19/1/2025).

Pada tahun ini, dalam asumsi makro APBN, lifting minyak bumi ditargetkan sebesar 605 ribu barel per hari, sementara untuk lifting gas bumi, ditetapkan 1.005 ribu barel setara minyak per hari.

Bahlil menyebutkan bahwa Presiden Prabowo Subianto memberikan target ambisius untuk mencapai lifting minyak 1 juta barel per hari pada 2028-2029.

Bahlil menegaskan, pada 2029 mendatang, Indonesia tidak ingin lagi mengimpor minyak. Untuk itu, lifting minyak harus ditingkatkan hingga mencapai 1 juta barel per hari. "Kami menargetkan sesuai arahan Presiden, pada 2028-2029 lifting kita harus mencapai 1 juta barel per hari agar kita tidak lagi mengimpor minyak pada tahun 2029," ujarnya.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita