Tesla mengajukan usulan paket kompensasi untuk CEO Elon Musk dengan nilai fantastis mencapai US$ 1 triliun atau setara Rp 16.000 triliun (mengacu kurs Rp 16.000). Paket gaji raksasa ini muncul setelah perusahaan resmi memindahkan badan hukumnya dari Delaware ke Texas.

Langkah ini dilakukan setelah tahun sebelumnya, Tesla membatalkan paket gaji Musk senilai US$ 56 miliar yang dianggap berlebihan dan merugikan pemegang saham. Keputusan tersebut memicu Musk menyerukan agar perusahaan besar keluar dari Delaware, hingga akhirnya Tesla resmi berkedudukan di Texas.

Dengan perpindahan ke Texas, Tesla kini memiliki ruang hukum yang lebih fleksibel untuk memberikan kompensasi besar kepada Musk. Regulasi korporasi di Texas dianggap memberikan perlindungan yang kuat bagi manajemen serta menyulitkan pemegang saham yang ingin menggugat keputusan dewan direksi.

“Tesla sepenuhnya aman dari tuntutan hukum pemegang saham di Texas,” kata Ann Lipton, Profesor Hukum dari University of Colorado, dikutip Reuters, Minggu (7/9/2025).

Berbeda dari paket gaji tahun 2018, kali ini Musk diperbolehkan menggunakan hak suaranya dalam rapat pemegang saham. Dengan kepemilikan sekitar 13,5% saham Tesla, suara Musk memiliki pengaruh yang signifikan.

Pada tahun lalu, para pemegang saham memang sempat memilih meratifikasi paket kompensasi Musk tahun 2018 untuk membatalkan putusan pengadilan. Namun, hakim di Delaware menegaskan bahwa keputusan pengadilan tetap berlaku.

Dengan statusnya sebagai pemegang saham besar serta adanya perlindungan hukum di Texas, peluang Musk untuk memperoleh paket gaji triliunan dolar ini hampir tidak memiliki hambatan. Paket kompensasi tersebut sekaligus memperkuat posisinya sebagai orang terkaya di dunia sekaligus CEO dengan bayaran paling spektakuler dalam sejarah korporasi global.