DIGIVESTASI - Program Hilirisasi Nikel Berhasil Tingkatkan Pendapatan Indonesia. Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan bahwa program hilirisasi nikel yang diprakarsai oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menghasilkan nilai tambah yang signifikan. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa Indonesia meraih keuntungan mencapai US$ 33,5 miliar atau setara Rp 542,06 triliun pada tahun 2023, angka yang melonjak dibandingkan periode sebelum hilirisasi.

"Dengan menghentikan ekspor nikel mentah dan membangun industri dalam negeri, nilai ekspor dari hilirisasi nikel pada 2023 mencapai US$ 33,5 miliar," jelas Bahlil dalam Kuliah Umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), yang disiarkan secara daring pada Senin (15/7/2024).

Ia menambahkan bahwa pada 2017-2018, pendapatan dari ekspor nikel mentah hanya mencapai US$ 3,3 miliar (sekitar Rp 53,35 triliun). "Hilirisasi pertama kali kami dorong pada Oktober 2019, dan sejak itu kami menghentikan ekspor nikel ke Eropa," ujarnya.

Bahlil menilai hilirisasi sebagai salah satu langkah menuju visi "Indonesia Emas," dengan Presiden Jokowi menekankan perlunya langkah-langkah investasi yang komprehensif di sektor ini.

Jokowi sebelumnya juga mencatat bahwa nilai ekspor nikel hasil hilirisasi telah menembus Rp 500 triliun, sebuah lompatan signifikan dari angka sebelumnya yang hanya US$ 3,3 miliar.

"Dulu kita mengekspor nikel mentah tanpa smelter, dengan nilai sekitar Rp 30 triliun per tahun. Setelah smelter dibangun, nilai ekspor kita melonjak menjadi Rp 500 triliun," jelas Jokowi, yang menggarisbawahi bahwa peningkatan ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan royalti.

Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita