Langkah Indonesia Menuju BBM Beretanol dan Bagaimana Respon ESDM

Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 12 February 2024 Waktu baca 5 menit

DIGIVESTASI - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengomentari adanya pencampuran bahan bakar minyak tanah (BBM) dengan bahan bakar nabati (BBN), khususnya bioetanol berbasis molase, dan khususnya pencampuran bahan bakar RON 90 (partalite) dengan bioetanol. menghasilkan bahan bakar.

 

Tutka Ariaji, Direktur Departemen Minyak dan Gas  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mengatakan Indonesia sendiri saat ini  belum mampu mengembangkan bioetanol untuk penggunaan skala besar sebagai campuran bahan bakar jenis apa pun. Di negara. 

 

Ia mengatakan, saat ini pemerintah sedang melakukan uji coba campuran Partalite RON 90 dan bioetanol untuk menghasilkan bahan bakar RON 92, namun penerapannya tetap perlu mempertimbangkan sumber bioetanol dalam negeri. 

 

“Saya kira secara teknis ada buktinya (pencampuran pertalite dan bioetanol). Tapi belum terjadi secara besar-besaran karena masih uji coba. Kalau dikomersialkan dalam skala besar, etanolnya dari mana, alamnya dari mana sumber  daya berasal? "Ini kunci utama kita. Harus lestari, harus lestari dan kita pastikan tidak mengganggu pihak lain," kata Tutka, Senin (12/2), dalam pertemuan di Gedung DPR, Jakarta, Senin (12/2). Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta. 

 

Tutka juga mengatakan, pengenalan pencampuran bioetanol ke semua jenis bahan bakar diperkirakan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini juga disebabkan karena rantai pasok utama hulu bioetanol belum ada di Indonesia. “Uji coba ini baik secara teknis dan komersial, jadi kami masih membutuhkan waktu,” tambahnya. Sementara itu, Tutka juga menyampaikan bahwa pengembangan bioetanol tidak bisa dibandingkan dengan keberhasilan Indonesia, khususnya dalam pengembangan biodiesel  berbasis kelapa sawit.

 

Pasalnya, Indonesia telah memiliki rantai pasok biodiesel di sektor hulu yaitu perkebunan kelapa sawit. “Untuk etanol masih membutuhkan waktu karena bahan baku yang digunakan. Kalau biodiesel, kita punya sawit yang rantai pasokannya di hulu, tapi ini (bioetanol yang mengandung tebu) tidak ada. Kita tidak punya pasokan di hulu. rantai.'' Jadi menurut saya tidak akan secepat biodiesel. “Mengimpor pasti meningkatkan biaya dan harga,” katanya. 

 

Eddie Wibowo sebelumnya menjabat Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Efisiensi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Ia mengatakan, pencampuran bahan bakar Pertalite dengan bioetanol menghasilkan produk bahan bakar setara  RON 92 (Pertamax). 

 

Namun, Eddy mengatakan, program pencampuran bahan bakar dengan bioetanol yang diterapkan secara komersial saat ini masih dalam jenis bahan bakar bersubsidi seperti Jenis Bahan Bakar Umum (JBU) dan seri Peltamax milik Pertamina, seperti halnya produk Peltamax Green 95. Ia menyatakan, hal tersebut terus dilakukan. bahkan untuk bahan bakar yang belum tunduk pada peraturan tersebut. 

 

Sedangkan Pertalite sendiri merupakan bahan bakar khusus (JBKP) atau mendapat “subsidi” dari pemerintah yang disebut “kompensasi”. “Dari Partalite sampai (RON) 92 sudah kita uji, tapi bahan bakarnya biasa, makanya kita buat RON 95, jadi kita implementasikan seperti itu di Partalmax 95,” ujarnya dalam konferensi Departemen Energi. dan Gedung Sumber Daya Mineral Jakarta, dikutip Selasa (2 Juni 2024). 

 

Eadie mengatakan partainya belum menetapkan target kapan  pencampuran bahan bakar partallite dan bioetanol akan layak secara komersial. Namun yang pasti perseroan saat ini masih menunggu evaluasi  uji pasar yang dilakukan terhadap Pertamax Green 95 dengan menggunakan campuran bioetanol 5% (E5).

 

 

“Kami berharap bisa mengevaluasi uji coba pasarnya nanti,” imbuhnya. 

Eadie juga mengungkapkan, pemerintah perlu memperjelas persoalan cukai produk bioetanol sebelum mengembangkan bioetanol lebih lanjut. “Aspek non teknis khususnya masalah tarif masih perlu diselesaikan terlebih dahulu,” tegasnya.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: cnbcindonesia.com

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.