
Saham News
Investor Asing Diam-diam Borong 10 Saham Ini, Simak Daftarnya!
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 03 September 2023 Waktu baca 5 menit
Dalam ASEAN, terdapat dua negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu Indonesia dan Filipina. Cadangan nikel ini sangat penting dalam industri kendaraan listrik. Indonesia menduduki peringkat pertama dalam hal ini, sedangkan Filipina berada di peringkat keenam.
Akan tetapi, Nurul Ichwan, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal dari Kementerian Investasi/BKPM, mengingatkan kita untuk tetap waspada terhadap negara-negara yang tidak memiliki cadangan nikel namun memiliki teknologi mutakhir. Ia menyatakan pandangannya dalam ASEAN Investment Forum 2023 yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta, pada Sabtu (2/9/2023).
"Perlu diperhatikan bahwa ada negara-negara, seperti Uni Eropa, yang memiliki kebijakan terkait baterai kendaraan listrik. Mereka akan mengharuskan adanya persyaratan minimum untuk mendaur ulang baterai dalam jangka waktu tertentu," jelasnya.
Walaupun baterai kendaraan listrik yang diproduksi di luar Eropa mungkin masih dapat memasuki pasar Eropa dalam periode tertentu, Uni Eropa akan memanfaatkan baterai kendaraan listrik bekas untuk didaur ulang. Dengan cara ini, meskipun tanpa cadangan nikel, Uni Eropa tetap dapat memproduksi baterai kendaraan listriknya sendiri. Hal ini memiliki potensi dampak terhadap Indonesia di masa mendatang.
Nurul Ichwan menjelaskan, "Ketika Uni Eropa sudah merasa memiliki cukup bahan baku, mereka akan memproduksi baterai kendaraan listrik sendiri dengan mendaur ulang baterai bekas yang ada di wilayah mereka. Kita masih memiliki waktu saat ini, namun, ketika waktu tersebut tiba, kemungkinan impor dari Indonesia dapat berkurang karena mereka akan melakukan daur ulang."
Ia menambahkan, momentum industri kendaraan listrik diperkirakan akan berakhir pada tahun 2040. Setelah itu, teknologi baru akan muncul sebagai penggantinya, salah satunya adalah teknologi hidrogen.
"Ini berarti kita memiliki momentum hingga tahun 2030-2040. Ketika kita melangkah ke arah tersebut, kita perlu mempertimbangkan tidak hanya sektor industri baterai, tetapi juga kebutuhan akan manufaktur kendaraan listrik di wilayah tersebut," tambahnya.
Nurul Ichwan juga mendorong negara-negara di kawasan ASEAN untuk menciptakan pasar daur ulang baterai kendaraan listrik atau bahkan mengembangkan industri tersebut secara mandiri. Dengan demikian, ASEAN dapat menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada kawasan lainnya.
"Kita harus mengakui bahwa ini adalah langkah yang tidak bisa dihindari. Jika kita hanya bergantung pada pasar dari luar, kita akan selalu tergantung pada mereka dan kehilangan kemandirian untuk mengembangkan pasar sendiri," pungkasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi. |
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.