
Investasi Digital
Harga Emas Hari Ini Cetak Rekor Tertinggi, Simak Penyebabnya!
/index.php
Berita Terkini - Diposting pada 18 October 2025 Waktu baca 5 menit
Mempelajari perjalanan hidup Prabowo Subianto mengajarkan kita bahwa takdir seseorang akan datang pada waktunya, asalkan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, konsisten, dan penuh dedikasi. Kisah hidup Prabowo bagaikan sebuah drama yang menyatukan keterasingan, kejayaan, kesedihan, dan kebahagiaan dalam satu fragmen kehidupan.
Hari ini, Prabowo berusia 74 tahun. Ia lahir di Jakarta pada 17 Oktober 1951, dari pasangan Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Marie Sigar.
Ayahnya, Soemitro, berasal dari keluarga Jawa, seorang akademisi, teknokrat, ekonom terkemuka, dan pernah menjabat sebagai menteri di era pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto.
Kakeknya, Margono Djojohadikusumo, adalah pejuang kemerdekaan dan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada 29 April 1945. Margono juga merupakan ekonom yang dipercaya Presiden Sukarno mendirikan Bank Nasional Indonesia (BNI) sebagai bank sentral pasca kemerdekaan.
Dari garis ibu, Dora Sigar adalah putri Philip F. L. Sigar, seorang tokoh Minahasa yang menjadi anggota Gemeenteraad di Manado, Sulawesi Utara. Kakek dari pihak ibu, Laurents A. Sigar, pernah menjabat sebagai Majoor/Hukum Besar di masa kolonial Belanda, menangani masalah hukum dan pemerintahan di Manado.
Dengan merujuk pada silsilah keluarga baik dari ayah maupun ibu, Prabowo berasal dari kalangan aristokrat, dengan status bangsawan dan keluarga terpandang. Ia juga menantu Presiden Soeharto melalui pernikahannya dengan Siti Hediati Hariyadi (Titik Soeharto).
Meski berasal dari keluarga terpandang, perjalanan hidup Prabowo penuh liku. Masa kecil dan remajanya banyak dihabiskan di luar negeri, termasuk Hongkong, Malaysia, Swiss, dan Singapura, mengikuti ayahnya yang kerap berselisih dengan Presiden Sukarno.
Kejatuhan rezim Soekarno pada 1967 membawa Prabowo kembali ke Indonesia, saat ayahnya diangkat Presiden Soeharto sebagai Menteri Perdagangan. Menjelang dewasa, Prabowo bergaul dengan aktivis pro-demokrasi, salah satunya Soe Hok Gie, yang menjadi teman diskusi dan debatnya.
Meski lebih muda sembilan tahun dari Gie, keduanya mendirikan LSM Pembangunan pada 1968, LSM pertama di Indonesia. Kematian Gie di Gunung Semeru pada Desember 1969 membuat Prabowo sangat kehilangan sosok kakak dan sahabatnya.
Peristiwa itu mendorong Prabowo memilih pendidikan militer, meski ia diterima di dua universitas bergengsi di AS: Colorado University dan George Washington University. Pada 1970, ia resmi menjadi taruna di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) di Magelang.
Setelah lulus pada 1974, karir militernya cemerlang. Ia dikenal cerdas, berani, dan disiplin. Pada 1995, usia 44 tahun, Prabowo mendapatkan kenaikan pangkat dari Kolonel ke Brigadir Jenderal dan beberapa hari kemudian menjadi Mayor Jenderal, menjabat Danjen Kopassus. Tiga tahun kemudian, pada Maret 1998, ia menjadi Letnan Jenderal dan Panglima Kostrad.
Kejatuhan Presiden Soeharto akibat reformasi pada Mei 1998 menjadi babak baru dalam hidup Prabowo. Ia diberhentikan dengan hormat dari ABRI, meski bintangnya sedang bersinar, karena dianggap bertanggung jawab atas situasi nasional 1997-1998.
Prabowo tidak menentang keputusan itu, menerima stigma demi menjaga nama baik ABRI. Impiannya pupus, karena ia hampir menjadi Jenderal Bintang 4.
Setelah diberhentikan, Prabowo pergi sementara ke Yordania, menemui sahabatnya Abdullah II bin Al-Hussein, dan belajar bisnis. Namun, ia sempat mengalami masalah perpanjangan paspor yang hampir membuatnya kehilangan kewarganegaraan.
Pada 2001, Presiden Abdurrahman Wahid mengutus Duta Besar Indonesia untuk Singapura dan tokoh lainnya untuk membawanya kembali ke Indonesia.
Setibanya di tanah air, Prabowo membangun berbagai bisnis dan bergabung dengan organisasi seperti HKTI, APPSI, dan IPSI. Namanya mulai muncul kembali sebagai pengusaha dan tokoh masyarakat.
Pada 2003, ia kembali ke Partai Golkar sebagai Anggota Dewan Penasihat, maju dalam konvensi Capres 2004, namun kalah dari Wiranto. Kesadaran akan keterbatasan peluang membuatnya mendirikan Partai Gerindra pada 6 Februari 2008. Partai ini berkembang pesat hingga menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia.
Dari pemilu ke pemilu, Partai Gerindra terus mengalami kenaikan suara: 4,46% (26 kursi) 2009, 11,81% (73 kursi) 2014, 12,57% (78 kursi) 2019, dan 13,22% (86 kursi) 2024. Prabowo juga selalu menjadi Capres atau Cawapres pada empat Pilpres terakhir, termasuk 2009, 2014, 2019, dan 2024.
Kekalahan di Pilpres 2019 sempat menimbulkan polarisasi ekstrem. Untuk menjaga persatuan, Prabowo menerima posisi Menteri Pertahanan di Kabinet Jokowi 2019-2024. Awalnya banyak kritik, tetapi ia tetap memilih rekonsiliasi demi bangsa.
Dalam kabinet, Prabowo membangun hubungan dengan tokoh-tokoh politik yang sebelumnya berbeda pandangan, termasuk Wiranto, Surya Paloh, dan Megawati. Langkah ini mendapat perhatian positif masyarakat.
Pada Pilpres 2024, ia memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai wakilnya dan akhirnya terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Sebagai presiden, Prabowo tetap menekankan persatuan, memberikan amnesti dan jabatan kepada tokoh-tokoh politik, termasuk mereka yang pernah terlibat dalam keputusan penghentian dinasnya di ABRI 1998.
Kepemimpinan Prabowo yang merangkul semua elemen bangsa menandai gaya baru dalam sejarah politik Indonesia—sifat patriotik yang menekankan persatuan dan kesatuan.
Sumber: detik.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.