
Bisnis | Ekonomi
Timah RI Diselundupkan ke Negara Tetangga, Jumlahnya Fantastis!
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 03 October 2025 Waktu baca 5 menit
PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola restoran cepat saji KFC, masih menghadapi tekanan berat baik dari sisi neraca keuangan maupun operasional. Berdasarkan laporan keuangan, pada semester I tahun 2025 KFC mencatat kerugian sebesar Rp138,75 miliar.
Selain itu, KFC juga menanggung liabilitas atau utang yang terus meningkat. Per Juni 2025, total utang KFC tercatat Rp3,97 triliun, naik dari posisi Desember 2024 yang sebesar Rp3,40 triliun.
Direktur Fast Food, Wahyudi Martono, menjelaskan bahwa kenaikan liabilitas disebabkan langkah perseroan melakukan refinancing atau pembiayaan kembali dengan pinjaman baru.
“Perubahan itu terjadi karena sepanjang 2025 hingga Juni, kami melakukan refinancing terhadap fasilitas pinjaman yang ada. Seluruh kewajiban pada fasilitas tahun 2024 dilunasi penuh, namun kemudian diganti dengan fasilitas baru berjangka lebih panjang, dari short term facility menjadi long term facility. Itu yang kami lakukan,” ujar Wahyudi dalam Public Expose virtual pada Kamis (2/10/2025).
Dari sisi ekuitas, KFC mencatat kenaikan tipis menjadi Rp129,94 miliar pada paruh pertama 2025, dibanding Rp127,73 miliar di akhir 2024. Wahyudi menjelaskan, pertumbuhan ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja. KFC telah melakukan efisiensi di berbagai lini, termasuk operasional serta pengurangan jumlah tenaga kerja.
“Dalam operasional, khususnya di level gerai, kami menyesuaikan jumlah kru sesuai dengan transaksi yang ada sehingga performa gerai menjadi lebih menguntungkan. Sementara di bidang support, kami melakukan efisiensi dengan menggabungkan beberapa support center menjadi pusat layanan terintegrasi di Jakarta, termasuk melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan berlebih,” ungkapnya.
Hingga September 2025, KFC telah menutup 19 gerai dan melakukan PHK terhadap sekitar 400 karyawan. Namun, Wahyudi menegaskan bahwa penutupan ini tidak sepenuhnya permanen, sebab sebagian gerai hanya dipindahkan ke lokasi yang dianggap lebih strategis.
Ke depan, perusahaan berencana tetap melakukan ekspansi dengan membuka gerai baru maupun melakukan relokasi. Walau demikian, Wahyudi belum menyebutkan detail lokasi pembukaan tersebut.
“Kami tetap akan melakukan ekspansi usaha dengan membuka gerai baru maupun merelokasi gerai lama yang dinilai tidak lagi potensial dalam menghasilkan penjualan yang baik,” jelasnya.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan KFC turun dari Rp2,48 triliun menjadi Rp2,40 triliun. Wahyudi menyebut hal ini terjadi karena penurunan daya beli masyarakat yang menyebabkan transaksi menurun drastis.
“Kami sangat merasakan pelemahan daya beli masyarakat, yang berdampak besar terhadap penurunan transaksi penjualan,” katanya.
Selain itu, kondisi keuangan KFC juga masih belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi COVID-19, ditambah lagi dengan gerakan boikot pada 2023–2024 yang memperparah penurunan pendapatan.
“Kalau melihat tantangan yang dihadapi, perseroan telah menghadapi berbagai kesulitan mulai dari pandemi COVID-19 sejak 2020 hingga adanya gerakan boikot pada 2023–2024,” tegasnya.
Sumber: detik.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.