Berita Terkini
BBM Viral Bobibos Belum Kantongi Izin Resmi dari ESDM, Ada Apa?
/index.php
Teknologi Terkini - Diposting pada 09 November 2025 Waktu baca 5 menit
Google terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi keterbatasan sumber daya yang dibutuhkan oleh pusat data kecerdasan buatan (AI) yang semakin meningkat konsumsi energinya. Perusahaan teknologi raksasa ini berencana mengirimkan chip AI miliknya ke luar angkasa melalui satelit yang ditenagai oleh energi surya.
Ambisi besar tersebut dikemas dalam proyek penelitian terbaru Google yang diberi nama “Project Suncatcher.” Secara sederhana, proyek ini bertujuan membangun pusat data AI yang akan beroperasi di orbit luar angkasa.
Google berharap pusat data tersebut dapat sepenuhnya bergantung pada pasokan energi matahari yang tidak terbatas dan tersedia selama 24 jam penuh setiap hari. Dengan begitu, komputasi AI tidak lagi harus mengandalkan sumber listrik dari Bumi yang menghasilkan emisi karbon dioksida ke atmosfer.
“Di masa depan, luar angkasa mungkin akan menjadi tempat terbaik untuk memperluas skala komputasi AI,” tulis Travis Beals, Senior Director Google, dalam unggahan blog resminya sebagaimana dikutip dari The Verge, Sabtu (8/11/2025).
“Pada orbit yang tepat, panel surya bisa menghasilkan energi delapan kali lebih banyak dibandingkan di Bumi, serta mampu beroperasi hampir tanpa henti, sehingga mengurangi kebutuhan akan baterai,” tambahnya.
Melalui Project Suncatcher, Google berencana menempatkan chip AI miliknya—yang dikenal dengan nama Tensor Processing Units (TPU)—ke dalam satelit bertenaga surya, yang nantinya akan diluncurkan ke orbit untuk beroperasi di luar angkasa.
Namun, mewujudkan misi ambisius ini bukan tanpa tantangan. Karena beroperasi di luar atmosfer Bumi, chip TPU akan terpapar radiasi matahari tingkat tinggi yang berpotensi merusak komponen elektronik secara cepat.
Meski demikian, Google mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan uji ketahanan chip terhadap radiasi dan hasilnya menunjukkan bahwa chip tersebut mampu berfungsi selama lima tahun tanpa mengalami kerusakan permanen.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah menjaga agar seluruh satelit dapat berkomunikasi secara efisien satu sama lain. Sistem ini membutuhkan koneksi data berkecepatan tinggi—hingga puluhan terabit per detik—dengan tingkat latensi yang sangat rendah. Namun, kecepatan semacam ini sulit dicapai di luar angkasa karena transmisi jarak jauh memerlukan daya yang sangat besar.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Google menjelaskan bahwa mereka mungkin perlu menempatkan satelit dalam formasi yang lebih rapat, dengan jarak antar satelit hanya beberapa kilometer. Strategi ini juga memberikan keuntungan tambahan berupa pengurangan kebutuhan dorongan untuk menjaga stabilitas posisi orbit.
Meski biaya peluncuran pusat data ke luar angkasa diperkirakan sangat besar, analisis internal Google menunjukkan bahwa proyek ini bisa memiliki efisiensi daya yang sebanding dengan pusat data di Bumi pada pertengahan dekade 2030-an.
Sebagai langkah awal, Google berencana melaksanakan misi uji coba pada tahun 2027 bersama perusahaan satelit Planet. Eksperimen ini akan melibatkan peluncuran satelit prototipe untuk menguji bagaimana model AI dan chip TPU dapat beroperasi di lingkungan luar angkasa.
Sumber: detik.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.