
Saham News
Investor Asing Diam-diam Borong 10 Saham Ini, Simak Daftarnya!
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 11 February 2025 Waktu baca 5 menit
AS Terapkan Tarif 25 Persen untuk Impor Baja dan Aluminium, Dampaknya Meluas
Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan tarif impor sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium tanpa pengecualian pada Senin (10/2). Meski mayoritas baja AS berasal dari Kanada, Brasil, dan Meksiko, kebijakan ini secara tidak langsung menyasar China.
"Kebijakan ini sangat penting untuk membuat Amerika kembali makmur," ujar Presiden Donald Trump saat mengumumkan tarif tersebut, dikutip dari CNN.
Tarif ini pertama kali diperkenalkan oleh Trump pada periode pertamanya dan dilanjutkan oleh Presiden Joe Biden. Akibatnya, importir baja di AS mulai mencari sumber alternatif. Namun, baja China tetap masuk ke AS dalam bentuk barang bekas yang dibeli negara lain dan dikirim ulang atau dijual kembali dengan label yang salah.
AS mengonsumsi puluhan juta ton baja dan aluminium setiap tahun. Baja menjadi komponen utama dalam berbagai industri, mulai dari otomotif, peralatan rumah tangga, hingga infrastruktur besar seperti pencakar langit dan jaringan pipa. Sementara itu, aluminium banyak digunakan dalam kemasan makanan, kendaraan, serta jaringan listrik bertegangan tinggi.
Kenaikan tarif ini meningkatkan biaya produksi bagi berbagai sektor karena harga baja dan aluminium, baik impor maupun domestik, ikut melonjak. Produsen aluminium AS juga berpotensi menaikkan harga karena berkurangnya persaingan dengan produk impor berbiaya rendah.
Saat tarif baja dan aluminium pertama kali diterapkan pada 2018, impor sempat menurun, sementara produksi domestik meningkat. Namun, sejumlah perusahaan masih memilih impor dari negara dengan harga lebih murah. Kebijakan ini juga memicu perang dagang yang berdampak pada harga barang lain bagi konsumen AS.
Seiring dengan perubahan sumber impor, Kanada kini menjadi pemasok baja terbesar ke AS dengan pangsa 23 persen, sementara China turun ke peringkat 10 dengan kurang dari 2 persen. Berdasarkan laporan American Iron and Steel Institute, impor baja AS turun 27 persen antara 2017 dan 2019. Namun, kenaikan produksi baja dalam negeri hanya mencapai 7,5 persen dan tidak berlangsung lama karena pandemi COVID-19 yang menekan permintaan. Hingga kini, produksi baja AS belum kembali ke level sebelum tarif diberlakukan.
Seorang pejabat pemerintahan Trump menyatakan bahwa tarif ini bertujuan menutup celah hukum yang memungkinkan importir menghindari bea masuk, misalnya dengan memproses baja setengah jadi menjadi produk akhir sebelum dikirim ke AS.
Selain itu, pekan lalu Trump juga mengenakan tarif 10 persen untuk seluruh impor China. China pun membalas dengan menerapkan tarif pada chip dan logam tertentu. Namun, Trump mulai melonggarkan beberapa kebijakan, termasuk menangguhkan tarif atas barang senilai di bawah US$800 serta menunda tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada hingga setidaknya 1 Maret.
Bagi Indonesia, kebijakan tarif AS memiliki dampak signifikan pada ekspor aluminium. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor produk aluminium ekstrusi Indonesia ke AS meningkat dari US$75 juta pada 2019 menjadi US$102 juta pada 2023. Namun, pada Januari-Agustus 2024, nilai ekspor turun drastis menjadi US$41 juta, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$79,5 juta.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita
Sumber: cnnindonesia.com
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.