Berita Terkini
Demam Dracin Makin Parah! Warga Asia Tenggara Kecanduan Drama China hingga Tak Bisa Lepas
/index.php
Bisnis | Ekonomi - Diposting pada 05 February 2025 Waktu baca 5 menit
Dalam memilih instrumen investasi, investor perlu mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi makro, termasuk inflasi, yang merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara terus-menerus.
Meski terlihat sebagai sekadar angka, inflasi berdampak besar terhadap daya beli masyarakat, berkaitan erat dengan suku bunga perbankan, dan dapat menjadi salah satu indikator risiko resesi di suatu negara. Oleh karena itu, pemahaman tentang investasi di tengah inflasi menjadi sangat penting.
Inflasi menjadi faktor krusial yang harus diperhitungkan saat berinvestasi. Sebab, keuntungan investasi (return) bisa tidak berarti jika nilainya lebih kecil dari kenaikan harga barang akibat inflasi.
Sebagai contoh, jika Anda menginvestasikan Rp1.000.000 di saham pada 2022-2023 dan memperoleh keuntungan 6% (Rp60.000), tetapi dalam periode yang sama inflasi meningkat 7%, maka daya beli Anda justru berkurang. Sebelumnya, Rp1.000.000 cukup untuk membeli 200 kg beras, namun dengan inflasi yang meningkat, Anda membutuhkan Rp1.070.000 untuk jumlah yang sama.
Dalam kondisi inflasi tinggi, dua hal utama yang biasanya terjadi adalah:
Misalnya, jika sebelumnya investor merasa cukup dengan return 6% dari saham, kini mereka akan mengincar setidaknya 8% agar tetap mengalahkan inflasi. Namun, perlu diingat bahwa semakin tinggi return, semakin besar pula risikonya.
Saat inflasi tinggi, investasi pada instrumen berisiko tinggi sebaiknya dihindari, seperti:
Inflasi tinggi sering kali menjadi indikasi potensi resesi, sehingga investor cenderung menghindari aset dengan volatilitas tinggi. Jika tetap ingin membeli growth stock, pastikan perusahaan memiliki ketahanan menghadapi kenaikan harga bahan baku dan penurunan daya beli masyarakat.
Dalam kondisi ini, banyak investor beralih dari instrumen berisiko tinggi ke safe haven, seperti emas atau obligasi negara bertenor pendek, sehingga harga aset berisiko justru cenderung turun.
Instrumen berisiko tinggi seperti saham dan obligasi jangka panjang (di atas 5 tahun) juga berpotensi merugikan di tengah inflasi tinggi. Oleh karena itu, investor lebih memilih obligasi negara dengan tenor pendek sebagai alternatif yang lebih aman.
Saat inflasi meningkat, investor sebaiknya menghindari instrumen dengan likuiditas rendah, seperti:
Meskipun harga properti cenderung naik dalam jangka panjang, inflasi tinggi dapat menurunkan daya beli masyarakat, membuat properti sulit dijual dengan harga wajar. Hal ini dapat berdampak negatif bagi investor yang membutuhkan dana dalam waktu cepat.
Beberapa obligasi pemerintah juga memiliki likuiditas terbatas karena tidak dapat dijual di pasar sekunder. Meski ada fitur early redemption, biasanya fitur ini hanya memungkinkan penjualan maksimal 50% dari total obligasi, dan hanya bisa dilakukan setelah periode tertentu.
Dalam kondisi inflasi tinggi, keputusan investasi harus dilakukan dengan hati-hati. Banyak ahli menyarankan untuk menurunkan risiko dengan berinvestasi pada:
รขลโฆ Obligasi bertenor pendek (di bawah 5 tahun)
รขลโฆ Saham defensif (perusahaan yang stabil dalam berbagai kondisi ekonomi)
รขลโฆ Instrumen safe haven (seperti emas)
Inflasi yang tinggi biasanya mendorong kenaikan suku bunga dan meningkatkan potensi resesi. Oleh karena itu, investor perlu menyeimbangkan portofolio mereka dengan cermat untuk tetap mendapatkan keuntungan tanpa mengambil risiko berlebihan.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita
Sumber: investbro.id
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital
DISCLAIMER
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.