Saham Indosat (ISAT) Berpotensi Naik 90%! Apakah Masih Layak Dibeli?

Saham News - Diposting pada 12 February 2025 Waktu baca 5 menit

illustrasi

Laba Indosat (ISAT) Naik 38,1% di 2024, Namun Meleset dari Ekspektasi

PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,9 triliun pada 2024, meningkat 38,1% secara tahunan (yoy). Namun, pencapaian ini hanya memenuhi 92,6% dari estimasi BRI Danareksa Sekuritas dan 94,6% dari konsensus pasar, sehingga laba bersih Indosat berada di bawah ekspektasi analis.

 

Pada kuartal IV-2024, laba bersih Indosat tercatat Rp 1,1 triliun, turun 3,4% secara kuartalan (qoq) dan 19,2% secara tahunan (yoy). Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis dan Kafi Ananta, penurunan ini disebabkan oleh penyusutan margin EBITDA sebesar 230 basis poin (bps) menjadi 45,3%, yang jauh dari panduan perusahaan.

 

Pendapatan Sesuai Perkiraan, Persaingan Ketat Jadi Tantangan

Sepanjang 2024, pendapatan Indosat mencapai Rp 55,9 triliun, sesuai dengan proyeksi sebelumnya. EBITDA tercatat Rp 26,4 triliun, mendekati estimasi analis yakni 97,3% dan 98,2% dari proyeksi.

 

Namun, pada kuartal IV-2024, pendapatan Indosat hanya tumbuh tipis 1,7% qoq atau 2,2% yoy menjadi Rp 14,1 triliun. Manajemen Indosat menyebut persaingan ketat dalam penjualan kartu perdana sebagai faktor utama, di mana harga kartu perdana turun dari Rp 25.000 menjadi Rp 10.000 secara nasional, ditambah dengan melemahnya permintaan konsumen.

 

Strategi ISAT: Fokus pada Pelanggan Produktif dan B2B

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indosat mempertahankan basis pelanggan produktifnya di angka 94,7 juta, sekaligus memangkas 4 juta pelanggan tidak aktif. Langkah ini berhasil meningkatkan average revenue per user (ARPU) menjadi Rp 38.800, naik 4,6% qoq.

 

Selain itu, Indosat terus memperkuat bisnis B2B (business-to-business) dan grosir, yang mendorong kenaikan biaya operasional (opex) terkait instalasi, kemitraan, dan pemeliharaan jaringan.

 

Prospek 2025: Ekspansi Seluler dan Pendapatan dari AI

Indosat optimistis bisa melampaui rata-rata pertumbuhan industri telekomunikasi pada 2025, didukung oleh ekspansi jaringan di pedesaan, peningkatan ARPU dan pengguna aktif bulanan (MAU), serta pengembangan layanan fixed broadband (BB) dan fixed wireless access (FWA).

 

Selain itu, Indosat akan mulai membukukan pendapatan dari kontrak kecerdasan buatan (AI) senilai US$ 30 juta per tahun, yang akan berkontribusi mulai kuartal II-2025.

"Dengan fokus yang lebih kuat pada bisnis non-seluler, Indosat memperkirakan EBITDA 2025 tumbuh lebih dari 10% yoy," ujar Niko.

 

Rekomendasi Saham dan Valuasi

Melihat kinerja 2024, BRI Danareksa Sekuritas menyesuaikan estimasi laba ISAT untuk 2025, 2026, dan 2027 masing-masing sebesar -5,8%, -6,6%, dan -1,2%. Selain itu, kebijakan dividen Indosat kini menargetkan payout ratio 70% dari laba 2026.

 

Dalam analisis valuasi, BRI Danareksa Sekuritas menggunakan metode DCF (discounted cash flow) serta rata-rata EV/EBITDA tiga tahun sebesar 4,5 kali. Hasilnya, target harga saham Indosat direvisi turun menjadi Rp 3.200 dari sebelumnya Rp 3.800.

"Kami tetap mempertahankan rekomendasi buy untuk saham ISAT, mengingat prospek pertumbuhan yang menarik," pungkas Niko.

 

Namun, hingga berita ini ditayangkan, saham ISAT merosot ke Rp 1.650, menciptakan potensi cuan lebih dari 90%.


Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita

Sumber: investors.id

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Sampaikan pendapat Anda kepada kami. Jangan lupa follow akun Instagram, TikTok, Youtube Digivestasi agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar ekonomi, keuangan, teknologi digital dan investasi aset digital

 

DISCLAIMER

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami rangkum dari sumber terpercaya dan dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs ini adalah merupakan tanggung jawab mereka pribadi.